Wilayah Palestina menjadi wilayah yang sangat penting bagi umat Islam. Pasalnya, di sana, tepatnya di Jerusalem terdapat Masjidil Aqsha. Menurut keyakinan umat Islam, masjid Al-Aqsha merupakan kiblat pertama bagi umat Islam. Tak hanya itu, wilayah Jerusalem juga menjadi tempat yang bersejarah bagi umat Islam. Sebab Masjid Al-Aqsha merupakan tempat Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Mikhraj yang mencetuskan perintah salat lima waktu.
Tak hanya sangat berharga bagi umat Islam, Jerusalem juga menjadi wilayah suci bagi umat Kristen dan Yahudi. Pasalnya, tanah tersebut terkait erat dengan perjalanan Yesus Kristus alias Nabi Isa AS. Bahkan Nabi Isa AS pernah dielu-elukan oleh mereka dan dimakamkan di sana. Oleh karena itu, orang-orang Katolik pun berusaha merebut Jerusalem dari tangan kaum Muslim atas restu Paus Urbanus II lewat ekspansi militer yang disebut Perang Salib I.
Pada 27 November 1095, Kaisar Bizantium Alexius I Komnesus meminta bantuan Paus untuk menyiapkan ribuan tentara dari berbagai negara di Eropa Barat. Pada Juli 1099, Pasukan Perang Salib akhirnya tiba di Yerussalem. Di bawah komando Godfrey dari Buillon, mereka menggempur habis-habisan benteng Jerusalem. Tak tanggung-tanggung, pasukan Perang Salib membunuh kaum Muslim yang merupakan imam, ulama, ahli ibadah dan lainnya di sekitar lingkungan Masjid Al-Aqsha untuk merebut wilayah Jerusalem.
Menurut catatan sejarah, seorang panglima Islam bernama Shalahuddin al-Ayyubi pun bertekad untuk menaklukkan kembali wilayah Jerusalem. Saat itu, Shalahuddin al-Ayyubi pernah berkata, “Ketika Allah memberiku tanah Mesir, aku yakin bahwa Dia juga akan memberikan Palestina kepadaku.” Beliau mengucapkan hal tersebut dengan sangat percaya diri setelah berhasil menaklukkan Mesir dan Suriah pada tahun 1175 M.
Shalahuddin al-Ayyubi berasal dari kalangan non-Arab dan berasal dari suku Kurdi. Beliau lahir di Kota Tikrit, Irak yang terletak di antara Baghdad dan Mosul pada tahun 1138 M. Keluarga mereka pun pindah dari Tikrit ke Mosul. Di sana, Shalahuddin al-Ayyubi kemudian belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, mempelajari Alquran, dan menghafalkan hadist-hadist.
Sebelum ditaklukkan oleh Shalahuddin al-Ayyubi, wilayah Mesir berada di bawah kepemimpinan Daulah Fathimiyah yang merupakan kerajaan Syiah. Menurut sang paman yang bernama Nuruddin Mahmud, penaklukkan Daulah Fathimiyah merupakan kunci untuk membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Pasukan Perang Salib. Nuruddin Mahmud kemudian mengirimkan pasukan dari Damaskus untuk membantu Shalahuddin al-Ayyubi menaklukkan Mesir dan membuat sebagian pasukan Salib yang ada di Mesir kocar-kacir. Bahkan Shalahuddin al-Ayyubi pun diangkat menjadi Menteri di Mesir.
Setelah itu, Shalahuddin al-Ayyubi mempersiapkan rencana untuk menaklukkan Jerusalem dengan menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz dan Maroko di bawah satu komando. Shalahuddin al-Ayyubi pun semakin bertekad membersihkan tanah para nabi tersebut dari kesyirikan Trinitas. Pertama-tama, Shalahuddin al-Ayyubi dan pasukannya menghadapi Pasukan Salib di Hathin sebagai perang pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dengan kekuatan 63.000 pasukan, kaum Muslim berhasil mengalahkan 30.000 pasukan Salib dan menawan 30.000 pasukan lainnya.
Kemudian pasukan Muslim tiba di al-Quds untuk mengepung kota suci tersebut dan perang pun berkecamuk. Pasukan Salib sempat memancangkan salib besar di atas Kubatu Shakhrakh untuk memancing emosi kaum Muslim, namun pasukan Shalahuddin al-Ayyubi berhasil membakar salib tersebut dan membuat pasukan Salib terpojok dan memilih untuk berunding. Shalahuddin kemudian berkata, “Aku tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu tidak menyisakan seorang pun dari umat Islam (ketika menaklukkan Jerusalem).”
Mendengar hal tersebut, Pasukan Salib pun turut memberikan ancaman akan menghabisi seluruh tawanan dan membakar wilayah Jerusalem. Sebagai win-win solution, Shalahuddin kemudian menuruti keinginan Pasukan Salib dengan syarat mereka membayar 10 dinar untuk setiap laki-laki, 5 dinar untuk setiap perempuan, dan 2 dinar untuk anak-anak. Akhirnya, Pasukan Salib pun meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina sedangkan pasukan Shalahuddin berhasil membebaskan kota suci tersebut.