Rasulullah Saw dalam perjuangannya menyebarkan ajaran Islam banyak didukung oleh para sahabatnya yang berprinsip kuat, tegas, bahkan terkesan keras dalam bertindak. Nama-nama sekaliber Hamzah bin Abdul Muthalib, Sa’ad bin Abi Waqosh dan Khalid bin Walid sudah tidak asing di telinga umat muslim serta para sejarawan.
Selain tiga nama di atas, terdapat satu nama yang paling mentereng yaitu Umar bin Khattab. Oleh para teman-teman seperjuangannya, ia dijuluki “singa padang pasir”.
Sepanjang hayatnya banyak kawan maupun lawan yang ciut nyalinya karena ketegasan prinsip dan tindakannya. Tak jarang pula mereka dibentak oleh Umar jika menyimpang atau berlaku semena-mena.
Diceritakan dalam syarah kitab Nashoihul Ibad, sepeninggal Khalifah Umar, sahabat Ali bin Abi Thalib berdoa kepada Allah SWT.
“Ya Allah, semoga Engkau membuka mata hati “kasyaf” ku, hamba pengagum Khalifah Umar bin Khattab ketika masih hidup, apakah ketegasan dan kegarangannya masih ketika sudah di alam kubur?”.
Seketika Allah SWT mengabulkan doa sahabat Ali. Tepat sebelum pemakaman selesai ia sudah cari posisi duduk di sekeliling makam.
Para peziarah sudah mulah bubar menuju rumah masing-masing. Sahabat Ali semakin penasaran apa yang akan dilakukan mendingan sahabat Umar saat di tanya Malaikat Munkar dan Nakir.
Area pemakaman sudah lenggang, tinggal beberapa orang yang sebentar lagi juga terlihat mulai berjalan pulang. Sahabat Ali mengambil lokasi yang pas, ia memilih area sekitar makam yang agak tinggi dan banyak ditumbuhi semak dan perdu.
Semua peziarah sudah pulang ke tempat masing-masing. Sahabat Ali melihat dengan “Kasyaf” nya. Malaikat Munkar dan Nakir datang dengan mata yang menyala, siapapun mayat orang mukmin pasti bakal ciut nyalinya, kehadiran mereka dengan penampilan seperti sama seperti keterangan Rasulullah Saw ketika bercerita tentang alam kubur.
Tanpa basa-basi, Malaikat Munkar dan Nakir Langsung bertanya ” Man robbuka”, dengan nada tinggi dan mata agak melotot.
Sahabat Umar balik bertanya dengan suara bentakan yang keras, “kamu tidak tau siapa saya?”. Dua malaikat tersebut kaget, sepanjang tugas baru kali ini mereka berdua dibentak.
Malaikat Munkar dan Nakir tanya untuk kedua kalinya, ” man robbuka?”
“Kamu tidak tau siapa saya” dengan bentakan lebih keras, “Ana Shohibun Habibillah” (saya ini sahabat kekasih Allah Rasulullah Muhammad Saw), lanjut sahabat Umar.
Dua malaikat semakin kaget dan saling pandang, merasa aneh dengan jawaban si mayit, mereka berdua kembali ke markasnya dan menghadap Allah SWT untuk mengadu.
“Ya Tuhanku, apakah prosedur mengintrogasi mayit dalam kubur harus berlaku sama bagi setiap mayit””, tanya dua malaikat, kemudian mereka berdua bercerita tentang apa yang mereka alami.
Allah SWT manggut-manggut dan tersenyum. “Wahai Munkar dan Nakir, mulai sekarang engkau harus berlaku beda jika menguji para kekasihku, engkau harus berkata lembut dan berpenampilan yang bagus, sesungguhnya (mereka) para kekasihku adalah hamba-hamba pilihan, kalian berdua jamu mereka dengan sikap dan layanan yang beda dari hamba-hamba biasa” kata Allah SWT.
Spontan, mereka berdua kembali ke alam barzah untuk berjumpa dengan sahabat Umar. Melihat penampilan dan perangai yang amat berbeda tersebut. Sahabat Ali bin Abi Thalib geleng-geleng kepala. Ia semakin takjub mendiang sahabat Umar bin Khattab.