Kisah Pertemuan Rasul dengan Buhaira, Pendeta Nasrani yang Meramal Kenabian Muhammad

Kisah Pertemuan Rasul dengan Buhaira, Pendeta Nasrani yang Meramal Kenabian Muhammad

Buhaira adalah salah satu pendeta yang ditemui dan meramal kenabian Rasulullah SAW.

Kisah Pertemuan Rasul dengan Buhaira, Pendeta Nasrani yang Meramal Kenabian Muhammad

Pedagang merupakan salah satu profesi yang banyak digeluti oleh sebagian besar masyarakat. Seorang pedagang yang sukses akan mendapat keuntungan yang besar dari hasil dagangnya. Namun tidak hanya menjanjikan keuntungan yang besar, seorang pedagang juga bisa saja mengalami kerugian yang besar pula. Rasulullah SAW sendiri seorang pedagang yang jujur dan sukses. Kemandirian beliau sudah terlihat ketika beliau menginjak usia belia. Buhaira

Saat itu, Syam merupakan wilayah yang masih berada di bawah kekuasaan kaisar Romawi. Dalam kitab Athlas Al-Hadis Al-Nabawi min al-Kutub al-Shihah Al-Sittah, karya Dr. Syauqi Abu Kholil, di antara kota-kota yang termasuk wilayah Syam adalah Suriah, Palestina, Lebanon dan Yordania. Perjalanan dari kota Makkah menuju Syam tidak memakan waktu terlalu lama.

Syam menjadi salah satu kota bersejarah dalam kehidupan Rasulullah. Di kota inilah Rasul memulai kegiatan berdagangnya dengan sang paman, Abu Thalib. Hal ini berawal dari kejujuran Rasulullah SAW yang membuat orang-orang Quraisy memercayakan barang-barang yang mereka tinggalkan di Makkah ketika hendak pergi berdagang menuju luar kota Makkah seperti Syam, Yaman, Yordania dan lain sebagainya.

Sifat mulia Muhammad SAW itu lah yang membuat mereka menjuluki Rasulullah Saw dengan Ash-Shadūq Al-Amīn. Melihat kejujuran dan amanah Rasulullah SAW, Abu Thalib, paman beliau ingin mengajak beliau untuk pergi berdagang menuju Syam pertama kali ketika usia beliau menginjak 12 tahun atau ada pendapat yang mengatakan lebih dua bulan sepuluh hari.

Dalam perjalanan menuju Syam, ketika Rasululah SAW, Abu Thalib dan para kafilah Quraisy sampai di Bashra (perbatasan antara Syam dan Saudi Arabia), mereka bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira. Pendeta tersebut merupakan ulama ahli kitab yang memahami dan mendalami ilmu kitab dan mengetahui tanda-tanda kedatangan Nabi dari kitab Injil dan Taurat.

Beliau juga merupakan salah satu ulama Nasrani yang masih mempertahankan tauhidnya kepada Allah SWT dengan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Isa AS yang beliau ikuti bukan anak Tuhan melainkan seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT.

Buhaira tidak pernah memperhatikan para kafilah dagang yang seringkali datang dari Makkah untuk menuju Syam. Namun, ketika Buhaira melihat rombongan atau kafilah Quraisy yang datang dari Makkah yang dipimpin oleh Abu Thalib, beliau menaruh perhatian besar dengan seorang remaja yang tengah bersama Abu Thalib yaitu Rasulullah SAW.

Terdapat suatu peristiwa menarik yang membuat Buhaira tertarik untuk mengajak kafilah Quraisy bertamu ke rumahhnya, seorang anak kecil yang dinaungi awan. Hal ini lah yang membuat Buhaira terkejut dan semakin penasaran dengan hal di balik peristiwa tersebut.

Ketika para kafilah dijamu untuk makan bersama, hanya Muhammad remaja yang tidak ikut serta, guna menjaga unta-unta dan barang-barang milik kafilah Quraisy. Mengetahui hal tersebut, Buhaira menyuruhnya untuk ikut serta makan bersama.

Pandangan Buhaira masih tertuju pada Nabi Muhammad SAW yang masih remaja. Buhaira pun ingin menghilangkan rasa penasaran yang hinggap di kepalanya.

“Siapakah anak ini?” tanya Buhaira kepada Abu Thalib.

Abu Thalib menjawab, “Ini anakku”.

Dengan suara tegas Buhaira berkata, “Ini bukan anakmu, anak ini adalah anak yang terlahir yatim.” Mendengar perkataan Buhaira, Abu Thalib kaget seraya menjawab “Ya, ini memang bukan anakku, ini adalah keponakanku.”

Medengar pengakuan Abu Thalib, Buhaira menceritakan penglihatannya tehadap tanda-tanda kenabian pada anak ini. Buhaira kemudian menyuruh agar Abu Thalib tidak melanjutkan perjalanannya ke Syam karena dikhawatirkan orang-orang Yahudi di Syam juga mengetahui kedatangan Muhammad, sehingga mereka akan menyakitinya.

Atas saran Bukhaira, para kafilah Quraisy tersebut pun kembali ke Makkah dan tidak melanjutkan perjalanan menuju Syam guna melindungi Muhammad SAW. Itulah cerita tentang tanda-tanda kenabian Rasulullah SAW yang diceritakan oleh seorang pendeta Nasrani. Dari sini lah kita dapat mengetahui cara Allah SWT melindungi dan menjaga Rasulullah SAW. (AN)

Wallahu a’lam.

 

Baca juga tulisan lain tentang Sirah Nabawiyah, Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW di sini.