Suatu hari Abu Mahdzurah berada dalam suatu rombongan. Rombongan tersebut berada di sebagian jalan Hunain, sedangkan Rasulullah Saw baru saja pulang dari Hunain. Rombongan Abu Mahdzurah pun sempat bertemu Rasulullah Saw di sebagian jalan. Saat itu tukang adzan Rasulullah mengumandang adzan di dekat beliau untuk shalat.
Sayangnya, alih-alih mendekati suara adzan tersebut, rombongan Abu Mahdzurah malah menjauhinya, bahkan mereka berteriak-teriak menirukan suara adzan sambil mengejek-ngejek.
Rasulullah Saw pun mendengar suara mereka. Rasul kemudian mengutus seseorang untuk memanggil mereka agar menghadap Rasul Saw. Tak lama setelah itu, rombongan itu sampai di hadapan Rasul Saw.
Rasulullah pun bertanya, “Siapa di antara kalian yang aku dengar keras suaranya?”
Semua orang menunjuk Abu Mahdzurah. Abu Mahdzurah pun tak dapat mengelaknya. Saat itu, Rasul membebaskan semua anggota rombongan kecuali Abu Mahdzurah.
Rasulullah kemudian berkata, “Berdiri dan adzanlah untuk shalat!”
Abu Mahdzurah pun berdiri. Saat itu, ia merasa benci dan malu dengan perilaku Rasul kepadanya. Pasalnya, Rasulullah mengajarinya adzan secara langsung.
“Ucapkanlah ‘Allahu Akbar’ dan seterusnya,” sabda Rasul kepada Abu Mahdzurah.
“Ulangi dan panjangkanlah suaramu! Katakan ‘Asyhadu an la ilaha illallah’ sampai akhir,” tambah Rasul Saw.
Setelah kumandang adzan selesai, Rasul Kemudian memanggil Abu Mahdzurah kembali. Rasul memberinya sebuah kantong yang berisikan perak. Setelah itu Rasul meletakkan tangannya ke ubun-ubun Abu Mahdzurah dan menggerakannnya ke wajah hingga melewati dadanya.
Ketika tangan Rasul sampai di pusar Abu mahdzurah. Rasul kemudian berdoa, “Barakallah fiik, wa baaraka alaika” (Mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan keberkahan untukmu).
Setelah mendengar doa Rasul tersebut, nampaknya Abu Mahdzurah mulai sadar akan kesalahannya. Ia berusaha melakukan sesuatu yang bisa menebus kesalahannya. Ia kemudian meminta sesuatu kepada Rasul, “Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku untuk adzan di Mekkah.”
“Aku perintahkan kamu adzan di Makkah,” jawab Rasul.
Mendengar permintaannya dikabulkan oleh Rasul, hilanglah semua rasa benci Abu Mahdzurah. Yang tersisa hanyalah cinta kepada kekasih Allah itu.
Setelah peristiwa itu berlalu, Abu Mahdzurah kemudian menemui Attab bin Asid, pekerja Rasulullah SAW di Makkah. Abu Mahdzurah pun mengumandangkan adzan di Mekkah sesuai perintah Rasulullah Saw.
Wallahu A’lam.
Artikel ini disarikan dan ditulis ulang oleh redaksi berdasarkan terjemahan Ust. Habibullah atas hadis riwayat al-Baihaqi dalam kitab as-Sunan al-Kubra.