Alkisah, pada zaman dahulu, ada seorang laki-laki pembohong. Karena sifatnya tersebut, ia pun dijuluki “Si Fulan Penipu (at- Thorror)”.sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury dalam kitabnya al-Mawa’izh al-‘Usfuriyah, suatu ketika si Thoror masuk ke pasar dan mencari target yang akan menjadi korban penipuannya. Tak lama kemudian dia bertemu dengan seorang laki-laki desa. Si Thorror pun berpura-pura menyapanya dengan uluk salam dan berjabat tangan dengannya.
Kepada lelaki desa tersebut, si Thoror pun berucap, “Kamu adalah teman ayahku. Aku ingin mentraktirmu hari ini.”
Melihat tingkah laku si Thoror, lelaki desa itu pun menimpali perkataraannya, “Aku tidak mengenalmu dan juga tidak mengenal ayahmu.”
Bukan Thoror (Penipu) kalau tidak pandai merayu. Dia pun kembali berkata kepada targetnya, “Kamu itu sebenarnya teman ayahku. Barang kali kamu lupa tetapi aku tidak lupa. Aku ingin mentraktirmu hari ini karena Allah Ta’ala.”
Setelah berbincang-bincang dengan membawa nama Tuhan, si Thoror pun berhasil meyakinkan korban. Dia pun langsung masuk ke warung makan sambil mengajak si laki-laki tersebut. Si Thorror kemudian membeli kepala kambing, roti, dan makanan lainnya. Dan adat yang berlaku di daerah tersebut adalah seorang pembeli akan membayar setelah selesai makan.
Ketika Si Thorror telah selesai makan dan makanannya hanya tersisa satu-dua suap, dia pun keluar dari warung dengan alasan ingin kencing dan ada keperluan lain.
Saat si laki-laki yang ditraktir oleh Thoror ingin keluar dari warung, tiba-tiba penjual makanan menghentikannya sambil berkata, “Bayar dulu! Jangan pergi!”.
Mendapat perlakukan seperti itu, lelaki desa itu pun kaget. Dia pun berkata, “Saya ditraktir orang tadi, pak! (Thorror).”
Penjual pun tidak mau tau tentang siapa yang mentraktir. Dia pun berkata, “Aku tidak mau tahu siapa yang mentraktir dan siapa yang ditraktir. Pokoknya makanan yang kalian beli harus dibayar!”
Setelah semasa hidupnya sering menipu banyak orang, Thorror pun jatuh sakit. Saat menjelang kematiannya, dia menyewa dua orang laki-laki. Masing-masing dari mereka disewa dengan bayaran satu dinar.
Si Thorror pun memberi mereka dua dinar seraya berkata kepada mereka, “Nanti, kalau aku telah mati, ketika kalian mengiringi jenazahku, katakan kalau aku ini adalah orang yang sholih dan baik. Jangan berhenti mengatakan itu hingga aku selesai dikubur!”
Tak lama kemudian, si Thorror benar-benar telah mati. Dua laki-laki yang disewa itu pun ikut mengiring jenazahnya seraya berkata, “Sebaik-baik orang adalah orang ini (Si Thorror). Ia adalah orang yang sholih dan baik.”
Saat dalam perjalanan mengiringi jenazah si Thorot, kedua laki-laki tersebut tak henti-hentinya berkata demikian hingga orang-orang selesai mengubur jenazahnya dan pulang.
Setelah semuanya pulang dan si Thoror telah dikubur. Datanglah dua malaikat dan masuk ke dalam kuburan Si Thorror untuk memberi pertanyaan. Ketika malaikat akan memberikan pertanyaan, tiba-tiba terdengar seruan, “Hai dua malaikat! Tinggalkan hamba-Ku. Sesungguhnya hamba-Ku hidup selalu menipu dan matipun ia juga menipu!” Akhirnya si Thorror diampuni oleh Allah swt. berkat kesaksian palsu oleh dua saksi yang disewa.
Dari kisah di atas terdapat pelajaran berharga bahwa, seorang hamba akan diampuni Allah swt. sebab kesaksian dan pujian orang-orang kepadanya setelah kematiannya. Hal ini sebagaimana hadis Nabi shallahu alaihi wasallama;
عن عامر بن ربيعة عن النبي عليه الصلاة والسلام أنه قال إذا مات العبد والله يعلم منه شرا وقال الناس خيرا يقول الله تعالى للملائكة اشهدوا قد قبلت شهادة عبادي على عبدي وغفرت لعبدي مع علمي به
Artinya: “Dari ‘Amir bin Rabi’ah dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Apabila seorang hamba telah mati dan Allah Ta’ala mengetahui keburukannya namun orang-orang mengatakan baik, Allah akan berfirman kepada para Malaikat: Saksikanlah oleh kalian bahwa Aku benar-benar menerima kesaksian hamba-hamba-Ku dan mengampuni hamba-Ku dengan apa yang Aku ketahui.”
Walaupun begitu, bukan berarti perbuatan menipu yang merugikan banyak orang dilegalkan dalam Islam. Menipu tetaplah perbuatan yang dilarang agama dan harus dijauhi oleh semua umat manusia.Namun, dari hadis Nabi shallahu alaihi wasallama pesan yang sangat penting untuk dilakukan oleh semua hamba Allah swt adalah berbuat baiklah kepada semua ciptaannya. supaya kelak jika kita tiada banyak orang atau makhluk ciptaan-Nya yang mengakui kebaikan kita. Sehingga kita diselamatkan dari siksa kubur berkat pengakuan baik dari orang-orang yang mengantarkan jenazah kita ke kelak ke rumah terakhir, yaitu pemakaman.