Meneladani kisah para salihin memang tak akan pernah ada habisnya. Ada saja hikmah yang bisa dipetik dari setiap lakunya. Kisah kali ini datang dari kitab Anisul Mu’minin karya Syaikh Shafwak Sa’dallah al-Mukhtar tentang orang saleh menangis saat melihat daging panggang.
Suatu hari seorang saleh yang tidak disebutkan namanya sedang menempuh suatu perjalanan. Tanpa sengaja, di tengah perjalanan, ia menemui seorang laki-laki penjual daging panggang yang sedang membakar daging di atas bara api. Orang saleh tadi tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Hal ini pun membuat orang laki-laki yang memanggang daging itu bertanya-tanya.
Laki-laki penjual daging panggang tersebut penasaran dengan tangisan si saleh. Tanpa basa-basi, penjual daging pun bertanya kepada orang saleh tadi.
“Wahai saudaraku, apa yang membuatmu menangis tersedu-sedu seperti ini?” tanya si penjual daging panggang.
“Apakah kau menginginkan daging panggang ini?” imbuh si penjual daging panggang.
Orang saleh itu tadi lalu menjawab pertanyaan si penjual daging panggang.
“Tidak, aku sama sekali tidak memginginkan daging panggang itu,” timpal si orang saleh.
“Lalu apa yang membuatmu menangis sedari tadi?” tanya si penjual daging panggang.
Sambil terus terisak dalam tangisannya, orang saleh tadi lalu mengutarakan apa musabab dari tangisannya itu.
“Aku menangis karena manusia memanggang daging hewan di atas bara api dalam keadaan hewan itu sudah mati tak bernyawa. Sementara itu manusia, termasuk diriku sendiri, suatu saat nanti akan dipanggang bahkan dimasukkan api dalam keadaan hidup-hidup,” ujar orang saleh tadi sambil terus menangis.
Si penjual daging panggang itu pun lalu terdiam mendengar kata-kata orang saleh tadi, sepertinya ia benar-benar meresapi apa yang orang saleh tadi utarakan. (AN)
Wallahu A’lam