Seorang laki-laki hidup serba kekurangan bersama istri dan beberapa anaknya, suatu hari anak-anaknya menangis sesenggukan lantaran tiga hari belum makan.
Istrinya berkata: “Wahai suamiku, apakah engkau tidak punya uang sepeser pun untuk membeli makanan, kita berdua mungkin bisa menahan rasa lapar, tapi bagaimana kah dengan anak-anak kita yang masih kecil ini?”.
Laki-laki menjawab: “Wahai istriku, sungguh tidak ada uang sepeser pun, beberapa hari aku menyusuri jalan mencari pekerjaan, namun kiranya Allah SWT belum membuka pintu rizki Nya.
Sang istri lantas berjalan menuju kamar. Beberapa menit kemudian keluar dengan membawa kerudung. “Ambillah kerudungku ini lalu jualah, uangnya bisa kita gunakan untuk membeli makanan, kasihan anak-anak yang belum punya kekuatan menahan rasa lapar dan haus seperti orang-orang dewasa pada umumnya,” ucap sang Istri.
Tanpa menunggu lama, laki-laki itu pergi menuju pasar untuk menjual kerudung istrinya dan laku senilai dua dirham.
Sewaktu pulang, di pertigaan jalan yang tidak begitu jauh dari pasar, laki-laki itu berpapasan dengan seorang pengemis. Dia berkata: “Berilah aku sesuatu. Demi Allah, aku tidak punya apa-apa untuk menyambung hidup dan sungguh Allah beserta orang-orang yang membantu sesamannya.Tanpa pikir panjang laki-laki itu memberikan uang dua dirham dari hasil penjualan kerudung istrinya.
Sesampainya di rumah, sang istri menanyakan apakah gerangan yang terjadi sehingga engkau pulang tidak membawa apa-apa.
Laki-laki itu menceritakan apa yang terjadi. Cerita pertemuannya dengan seorang pengemis sampai pemberikan uang dua dirham tersebut.
Istrinya berkata: “Kiranya Allah SWT masih memberikan kesempatan bagi kita untuk menyedekahkan sebagian dari harta kita”. Istrinya lantas melepas kalung yang menempel di leher dan diberikan kepada suami.” Ambillah dan jualah agar mendapatkan makanan untuk anak-anak kita”, ucap Istrinya.
Setelah menerima kalung dari istrinya, laki-laki itu pergi menawarkan kepada pembeli. Ia berkeliling lumayan lama namun tak ada seorang pun yang berkenan membeli kalung tersebut. Laki-laki itu tampak sangat letih dan lelah. Akhirnya ia bermaksud pulang, tiba-tiba ia bertemu dengan penjual ikan dan menawarkan kepada penjual agar mau menukar ikan hasil buruannya, penjual ikan mengiyakan tawaran laki-laki tersebut.
Laki-laki itu lekas berjalan pulang dengan raut wajah amat senang. Sesampainya di rumah, segera istrinya memegang ikan lalu dibawa ke dapur. Ketika perut ikan dirobek, dilihatnya dalam perut ikan itu ada mutiara yang sangat indah yang seumur-umur belum pernah dilihatnya.
Laki-laki itu langsung mengambil dan membawanya balik ke pasar. Ketika melihat benda dari dalam perut ikan ini, salah seorang pedagang perhiasan berkata: “Ini bukan sembarang batu, ini adalah permata yang harganya sangat mahal”.
Para pedagang perhiasan ini bergantian menawar mutiara tadi sampai harga tertinggi yaitu empat ratus dirham. Laki-laki itu cepat-cepat pulang. Di hitungnya uang ratusan dirham bersama istrinya.
Mendengar pintu rumah diketuk, keduanya lantas keluar rumah dan melihat seorang pengemis berperawakan kumal dan dekil meminta sedekah seikhlasnya. Dengan ikhlas suami-istri memberikan dua ratus dirham kepada si pengemis sambil berkata: ” kami mendapat rizki dari Allah SWT sebesar empat ratus dirham dan kami berikan kepadamu separuhnya, jikalau di rasa kurang cukup buat bekal, maka baliklah ke sini lagi, nanti kami beri tambahan”.
Suami istri tersebut menunggu pengemis tadi ber jam-jam sampai merasa yakin pemberiannya lebih dari cukup.
Seminggu kemudian, laki-laki itu tertidur di kursi setelah pulang dari tempat kerjanya. Ia bermimpi melihat pengemis yang tempo hari datang ke rumahnya lalu bertanya: “Kenapa engkau tidak datang lagi?”.
Pengemis menjawab: ” Wahai laki-laki! Sesungguhnya aku bukan pengemis. Aku adalah Malaikat yang diutus oleh Allah untuk menguji sampai di mana kesabaranmu menerima apa yang dilimpahkan Allah kepadamu dan memberi kabar gembira kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah menerima sedekahmu dua dirham dan memberikan kepadamu sebagai gantinya dirham sejumlah ini, dan Allah juga mempersiapkan imbalan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terpikirkan oleh hati manusia kepada kamu dan istrimu.
Kisah ini terdapat dalam buku 101 Cerita Penegak Iman Peluhur Budi karya KH. Moch. Djamaluddin Ahmad (Pengasuh Ponpes Tambak Beras, Jombang Jawa timur) terbitan Pustaka Al-Muhibbin.