Ini merupakan kisah prajurit berjumlah empat orang yang merupakan sebuah contoh tentang berkhianat kepada agama. Disebutkan bahwa di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz ada serombongan prajurit yang diperintahkan untuk berperang melawan Romawi. Mereka kalah dan akhirnya ditangkap.
Kemudian dikisahkan, rombongan prajurit ini diadili di hadapan kaisar Romawi. Sebelum dihukum terjadi negosiasi dengan para prajurit ini. Pertama dipanggil seorang prajurit itu. “ Jika Anda masuk agamaku dan menyembah tuhanku, maka Anda akan aku jadikan gubernur.. Namun jika Anda menolak tawaranku maka aku akan tebas lehermu,” ucap kaisar.
“Saya tidak akan menjual agama dengan dunia,” jawabnya,
Murkalah kaisar Romawi mendengar jawaban itu. Seketika itu ditebas leher dengan prajurit muslim itu. Namun kejadian ajaib datang. Kepala prajurit yang terpisah dengan badannya yang lain berputar-putar sambil membaca ayat,” wahai Jiwa yang tenteram, Pulanglah ke Tuhanmu dengan rida beroleh rida. Masukan dalam lingkungan para hamba Ku. Masuklah ke surga Ku.”
Kejadian ini membuat kaisar Romawi geram bukan kepalang. Kemudian dipanggillah prajurit yang kedua. Kaisar menawarkan hal yang sama.
“Maukah engkau masuk agamaku dan menjadikan Anda gubernur Mesir, dan aku tidak akan memenggal leher Anda seperti teman Anda karena menolak permintaanku,” ujar kaisar.
“Saya tidak akan menjual agama dengan dunia. Tuan memiliki kekuasaan untuk memotong tubuh saya, tapi Tuan tidak ada kekuasaan memotong iman saya,” jawab prajurit itu.
Maka ditebaslah leher prajurit tersebut. Setelah itu kejadian berulang seperti prajurit yang pertama. Kepalanya berputar-putar sambil melantunkan ayat ,”Maka dia pun dalam kehidupan yang penudh rida dalam surga yang tinggi, dan bebuahan yang menggelanyut.” Kemudian kepala itu terdiam dan berhenti di sisi kepala prajurit yang pertama.
baca juga: kisah pilu prajurit di perang uhud
Kaisar tambah murka. Kemudian dipanggil prajurit yang ketiga. “Nah apa yang akan engkau katakan. Bersediakah Anda masuk agamaku, dan Anda akan menjadi gubernur?”
“Baiklah saya pilih masuk agama Tuan. Saya pilih dunia daripada akhirat,” katanya.
Kaisar kemudian tertawa puas, lalu berkata kepada menterinya,” Berikan dia lencana, pangkat dan jubah kebesaran. Naikkan pangkatnya.” Namun menterinya itu kemudian berkata, ”Wahai Kaisar, hamba tidak akan menyerahkan semua itu tanpa ujian. Alangkah baiknya Paduka katakan kepadanya bahwa kalau memang jujur masuk agama kita maka bunuhlah salah seorang temannya. Itu baru kami yakin.”
Kaisar pun menuruti perintah menterinya. Kemudian prajurit pengkhianat itu disuruh membunuh salah satu temannya. Celaknya prajurit itu menuruti perintah kaisar. Maka dibunuhlah salah satu temannya dengan pedang yang tajam.
Melihat hal ini Kaisar kembali memerintahkan menterinya untuk memberikan pangkat yang tinggi. Namun menteri itu tampaknya kurang setuju dan berkata,” Ini tidak masuk akal dan diluar kebijaksanaan tuanku. Jika Paduka membenarkan kata-katanya, padahal ia sendiri tidak menjaga teman-temannya sendiri, yang lahir dan tubuh bersamanya bisa jadi ia tidak menjaga kepentingan kita.”
Jawaban tersebut membuat kaisar termenung. Kemudian ia memerintahkan untuk menebas leher prajurit pengkhianat itu. Seperti teman yang telah dibubuh oleh Kaisar. Kepalanya berputar tiga kali sambil membaca ayat,” Apakah (kamu hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya? Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?”
Lalu kepalanya berhenti di pojok lapangan, tidak berkumpul dengan kepala teman-teman lainnya.