Alkisah, di zaman Nabi Musa, ada seorang laki-laki ahli ibadah yang sudah berkeluarga. Satu ketika keluarganya ditimpa kelaparan. Mereka sampai tidak punya apa-apa untuk dimakan. Laki-laki itu lalu meminta istrinya untuk mencari bantuan untuk keluarga. Sampailah istrinya kepada rumah seorang pedagang kaya. Saat ingin meminta batuan kepadanya, laki-laki itu meminta syarat, “boleh, tapi izinkan aku menidurimu !”. Sontak istri ahli ibadah itu terdiam mendengarnya.
Ia lalu kembali kerumah. Di rumah, ia melihat anak-anaknya menangis akibat sangat lapar. Mereka sampai berkata, “Ibu, kita akan kami mati kelaparan. Berikanlah kami apa yang bisa dimakan”. Tak tega melihat pemandangan itu, istri ahli ibadah itu pun pergi menemui pedagang itu dan menceritakan lagi kondisi keluarganya.
Pedagang itu kembali menanyakan, “apa keinginanku bisa dipenuhi?” Istri ahli ibadah itu menjawab lirih mengiyakan. Ketika mereka berdua sudah berdua di dalam kemar, istri ahli ibadah itu begitu takut seolah sendi-sendinya bergetar dan tulang serasa ingin lepas. Ia terlihat gemetar. Pedagang itu lalu bertanya, kamu kenapa ?
Istri ahli ibadah itu menjawab, “saya sedang takut sekali kepada Allah”.
Pedagang itu tersontak dengan jawaban perempuan ahli ibadah tersebut dan berkata, “engkau tetap takut kepada Allah meski dalam kondisi fakir. Semestinya aku yang harusnya takut bermaksiat denganmu”
Pedagang itu pun tidak jadi melakukan zina. Ia justru memenuhi semua kebutuhan keluarga ahli ibadah itu, dan perempuan istri ahli ibadah itu pulang dengan membawa pasokan yang sangat cukup untuk anak-anaknya.
Allah SWT lalu menurunkan wahyu kepada Nabi Musa, “katakan pada laki-laki itu !, dosa-dosamu sudah diampuni semua!”