
Di era Orde Baru, wartawan istana mendapatkan hak istimewa seperti ruangan khusus, makan siang, bahkan uang saku dan bingkisan lebaran.
Tetapi, di era Gus Dur, semua fasilitas dari istana untuk wartawan itu dihapus, tidak ada lagi “fasilitas istimewa”. Gus Yahya, dalam buku membumikan Gus Dur, yang saat itu menjadi jubir presiden, memberi kesaksian :
“Tanpa fasilitas apa pun dari istana, para wartawan itu betul-betul tampak kurang bermartabat. Mereka duduk-duduk saja di halaman, tidak ada kursi, nanti kalau saya keluar mereka nanya-nanya”
Pencabutan semua fasilitas untuk wartawan istana itu dilakukan oleh Gus Dur agar para jurnalis bisa lebih obyektif dalam menulis berita.
Tidak ada lagi “ewuh-pakewuh”, rasa sungkan. Jurnalis bisa menulis secara kritis dan jujur jika ada kebijakan presiden yang keliru.
Gus Dur percaya bahwa demokrasi akan tumbuh beradab jika pers diberi ruang seluas-luasnya untuk mengawasi dan mengkritik pemerintah.
Gus Dur adalah seorang demokrat tulen yang mencintai kritik sekeras apapun.
Pers adalah pilar keempat demokrasi yang menjadi ruang dialog dan diskursus. Ruang check and re-check apakah kebijakan pemerintah selaras dengan konstitusi atau menyalahi konstitusi.