Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna di antara makhluk yang lain. Karena manusia dikaruniai akal berfikir oleh Allah SWT. Hal itu menjadi bukti bahwa manusia merupakan makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT, karena manusia mengemban amanah untuk selalu menjaga bumi dari segala kerusakan.seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
Sejarah telah mencatat bahwa orang yang menjadi sahabat Nabi yang meneruskan tonggak pemerintahan umat islam pada masa itu disebut dengan sebutan “Khulafaurrasyidin”. Mereka adalah Sayyidina Abu Bakar , Sayyidina Umar Ibnu Khattab, Sayyidina Utsman Ibnu Affan, Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib Radliyallahu ‘anhum.
Orang-orang tersebut merupakan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah SWT karena perjuangan mereka yang selalu mendampingi Nabi Muhammad dalam mendakwahkan Islam pada masa itu. Bahkan ketika mereka diperlakukan tidak selayakanya, Allah sendiri yang membalasnya. Seperti yang terjadi pada dua orang laki-laki yang digigit seekor anjing karena mengumpat kepada Abu Bakar dan Umar Radliyallahu ‘anhuma.
Cerita itu berawal ketika dalam suatu waktu Rasulullah sedang berkumpul bersama para sahabatnya, terdapat seorang laki-laki yang maju ke depan dan menghadap Rasulullah. Lelaki tersebut sedang mengalami sebuah luka yang cukup parah di bagian betisnya, bahkan hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak.
Kemudian Rasulullah bertanya pada lelaki tersebut, “apa yang telah menimpa dirimu hingga engkau terluka seperti ini?”, lelaki tersebut menjawab, “saya telah digigit seekor anjing peliharaan salah satu orang munafik.” Maka setelah mendengar jawaban lelaki tersebut Rasulullah mempersilahkan lelaki tersebut untuk duduk di sampingnya.
Tidak lama kemudian ada lelaki lain yang datang menghampiri Nabi kemudian menghadap beliau. Lelaki tersebut keadaannya tidak jauh berbeda dengan lelaki sebelumnya, yakni, terdapat luka yang parah di betisnya. Kemudian dia menceritakan kejadian yang telah menimpanya bahwa dia telah digigit oleh seekor anjing yang sama yang telah menggigit lelaki pertama tadi.
Kemudian setelah Rasulullah mendengar kisah dari dua lelaki tersebut, beliau memerintahkan pada para sahabat untuk memburu dan mencari anjing tersebut dan segera menyembelihnya. Maka kemudian para sahabat bergegas mengambil pedang mereka masing-masing untuk kemudian memburu anjing tersebut.
Akan tetapi sebelum para sahabat berangkat untuk memburunya, tiba-tiba anjing yang dimaksud tadi menghampiri Rasulullah SAW. Anjing tersebut berkata pada Nabi dengan lisan yang fashih sehingga dapat dipahami oleh Nabi dan seluruh sahabat yang hadir, “Wahai Rasulullah, jangan engkau menyembelihku, karena aku beriman pada Allah SWT. dan utusan-Nya.” Kemudian Nabi bertanya pada anjing tersebut, “lalu mengapa engkau menggigit dua laki-laki itu?” lalu anjing tersebut menjawab, “Saya menggigit mereka berdua atas dasar saya diperintah oleh Allah SWT karena mereka berdua telah berani mengumpat dan berkata kasar pada dua sahabat karibmu, Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar Ibn Khattab Radliyallahu’anhuma.”
Setelah Rasulullah mendengar cerita dari seekor anjing tersebut, Rasulullah berkata pada dua lelaki tadi, “apakah engkau berdua mendengar apa yang anjing itu katakan?”, mereka berdua menjawab, “iya, kami mendengarnya wahai utusan Allah”. Kemudian kedua lelaki tersebut segera menyesali perbuatannya dan bertaubat pada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dari kisah tersebut dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa penting bagi kita untuk selalu memuliakan para sahabat Rasulullah SAW karena dengan merekalah Rasulullah dapat memperjuangkan kebenaran yang sesungguhnya. Dalam hal ini juga berlaku bagi kita semua untuk memuliakan orang-orang yang memperjuangkan kebenaran yang sesungguhnya di zaman sekarang, seperti orang-orang yang sering kita sebut dengan sebutan Ustadz, kyai, Habib, dll. Karena mereka merupakan orang-orang yang meneruskan perjuangan Rasulullah SAW. dalam menegakkan kebenaran. Maka memuliakan mereka juga menjadi salah satu kewajiban bagi kita agar kita tetap mendapat rahmat Allah SWT.