Ada adagium yang berbunyi:
العلمُ بلا عملٍ جنونٌ، والعملُ بغيرِ علمٍ لا يكونُ
“Al Ilmu bila Amalin Junuunun, wa al Amalu bi ghoiri Ilmin la Yakuunu”
Barang kali kita sudah familiar dengan adagium di atas, yang mana adagium ini ada pada kitab Ayyuha al Walad karya Imam Al Ghazali. Dalam terjemahan bebas adagium ini berarti “Ilmu tanpa amal tak ubahnya suatu kegilaan, dan amal tanpa ilmu tak ubahnya kesia-siaan”.
Ada kisah hikmah mengenai ahli ibadah yang lalai bodoh, dan sembrono. Sebab kelalaiannya tak lain disebabkan oleh salah satu perbuatannya yang ia lakukan tanpa ilmu, ia tak sadar kalau yang ia lakukan justru sebuah perbuatan dosa. Kisah ini ada pada kitab Al Fawaid al Mukhtarah Lisaliki Thariqi al Akhirah, karya Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, kisah ini dinukilnya dari kitab Risalatul Muawanah karya Abdullah al-Haddad. Kisahnya begini;
Alkisah, di pinggiran Maghrib (Maghrib dulu meliputi Maroko, Tunisia dan beberapa wilayah Afrika Utara. Kiwari ini Maghrib merujuk pada Maroko) ada seorang laki-laki yang rajin sekali ibadahnya. Laki-laki ini tergolong orang yang sangat hati-hati dalam ibadah, ia tinggal sendirian di rumahnya.
Singkat cerita, laki-laki ini membeli seekor Anana –keledai betina. Anehnya, ia tak pernah memanfaatkan keledai betina itu untuk keperluan mobilisasi, entah itu ditunggangi atau sekadar untuk mengangkut beban bawaan.
Beberapa tetangga laki-laki ahli ibadah itu pun mulai bertanya-tanya, kenapa ia tak pernah memanfaatkan keledai betina itu untuk keperluannya? Walhasil, seorang tetangga yang penasaran pun memberanikan diri menanyakan ihwal keledai betina milik si laki-laki ahli ibadah itu.
“Wahai tuan, kenapa kau tak memanfaatkan keledai betina milikmu itu?” Tanya tetangga yang penasaran itu.
“Bukannya aku tak memanfaatkannya, hanya saja aku memanfaatnnya saat nafsu kelaminku sedang bergejolak” jawabnya dengan yakin.
Perilaku ahli ibadah ini fatal sekali, ia tak tahu kalau ityaan al baha’im –menyetubuhi binatang– adalah suatu keharaman. Mungkin ia bermaksud untuk fokus ibadah tanpa harus berfikir menafkahi istri, anak dan segala tetek bengeknya.
Atau bisa jadi ia juga tak tahu, kalau menafkahi istri dan anak merupakan suatu ibadah pula. Ahli ibadah dan saleh sih sah-sah saja, tapi jangan lupa diimbangi dengan ilmu.