Ubaidullah bin Muhammad al-Madini pernah bercerita bahwa ada seorang temannya yaitu Abu Sulaiman ad-Darani yang bercerita kepadanya tentang orang yang mendapat siksa kubur. Kisah ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu al-Jauzi.
Pada suatu hari, ad-Darani pergi ke ladang miliknya. Di tengah jalan, tibalah waktu shalat maghrib. Dia memutuskan berhenti di sebuah tempat untuk melaksanakan shalat Maghrib. Kebetulan, di dekat tempat Darani shalat terdapat komplek pemakaman.
“Ketika sedang duduk, tiba-tiba aku mendengar suara rintihan kesakitan dari arah makam.” Cerita ad-Darani. Lantas, ad-Darani mencoba mendekat ke sumber suara. Usut punya usut, sumber suara itu berasal dari salah satu makam yang ada di komplek tersebut. Suara rintihan itu berucap, “Aduh! Sungguh dulu saya shalat! Sungguh, dulu saya melaksanakan puasa!”
Kejadian tersebut membuat ad-Darani merinding dan gemetar ketakutan. Dia kemudian memanggil orang lain yang kebetulan juga ada di tempat tersebut, dan orang itu juga mendengar hal yang sama seperti yang didengarnya. Kemudian, Darani melanjutkan perjalanan menuju ladang miliknya.
Pada hari berikutnya, ad-Darani pulang dan berhenti di tempat yang sama seperti kemarin untuk menunaikan shalat. Dia beristirahat di sana, dan menunggu hingga matahari terbenam, lalu menunaikan shalat Maghrib seperti biasanya. Usai shalat, beliau coba memasang telinga untuk mencari suara rintihan seperti kemarin. Ternyata, dari arah makam tersebut masih ada suara rintihan siksa kubur yang sama seperti kemarin, “Aduh! sungguh, dulu saya shalat! Sungguh, dulu saya puasa!”
Ad-Darani pun melanjutkan perjalanan pulang dengan hati gemetar. Sejak pengalaman mendengar siksa kubur itu, dia demam dan jatuh sakit selama dua bulan.
Hingga suatu ketika ada orang asing memasuki kamarnya, dan berkata kepada ad-Darani, “Wahai ad-Darani, panas dan dingin adalah makhluk ciptaan Allah. Jika Allah menyuruh panas atau dingin supaya menyelimuti diri ini, maka aku pasti akan merasakannya. Jika Allah menyuruh panas atau dingin supaya pergi meninggalkan diri ini, maka panas atau dingin itu pasti akan meninggalkan diriku.
Wahai ad-Darani, engkau bicara tentang zuhud, tetapi engkau masih takut kepada dingin. Aku sudah tinggal di daerah ini selama tiga puluh tahun, tapi aku tidak pernah merasa menggigil kedinginan. Pada saat cuaca dingin, Allah menyelimuti tubuhku dengan kehangatan mahabbah-Nya. Dan saat musim panas, allah menyelimutiku dengan kesejukan mahabbah-Nya.”
Tiba-tiba saja sambil berlalu pergi, orang itu kembali berkata, “Wahai ad-Darani, engkau menangis, menjerit dan merasa senang dengan kenyamanan.”
Lalu Abu Sulaiman ad-Darani berkata, “Tidak ada yang lebih mengenal siapa aku selain orang itu.”
Kisah di atas adalah salah satu bukti bahwa siksa kubur benar adanya. Bahkan pembahasan mengenai azab kubur, sebetulnya terdapat di sejumlah ayat yang diturunkan terkait dengan azab kubur dan didukung juga oleh hadis-hadis yang kualitasnya tidak diragukan (shahîh). Misalnya dalam surah Ibrahim;
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ.
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim [14]: 27).
Menurut para ulama, ayat di atas diturunkan berkenaan dengan siksa kubur. Maka yang dimaksud adalah, Allah meneguhkan keimanan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang teguh (kalimat tauhid, la Ilaha illa Allah), baik di dunia maupun di alam kubur.
Ketika seseorang beriman mendapatkan pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir, niscaya ia bisa memberikan jawaban-jawaban yang benar. Karena itulah, Tiap Rasulullah SAW selesai memendam mayat, beliau tidak langsung beranjak dari tempatnya, akan tetapi beliau berseru kepada para hadirin;
اسْتَغْفِرُوا لأخِيْكُم وَاسْألوُا لَهُ التَّثْبِيْتَ، فَإنَّهُ الآنَ يُسْألُ. (رواه أبو داود).
Mintakanlah ampun untuk saudara kalian (yang meninggal ini), dan doakanlah agar ia diteguhkan hatinya (berpegangteguh pada kalimat tauhid), sebab ia sekarang sedang ditanyakan. (HR. Abu Daud).
Hadis lain yang menjelaskan tentang adanya azab kubur, adalah hadis berikut:
عَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: “الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِى الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ “يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ”. (رواه الشيخان).
Artinya; Dari al-Barra’ bin ‘Azib, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Seorang Muslim, jika ditanya (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) di dalam kubur, ia akan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah , dan Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya. Maka itulah yang dimaksud dengan firman Allah: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (HR. Bukhari Muslim).
Demikianlah kisah tentang adanya siksa kubur. Semoga kita termasuk orang-orang yang memegang teguh agama Islam hingga akhir hayat, sehingga kelak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dan terhindar dari azab kubur. (rf)