Di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia ini, shalat dalam keadaan khusyu‘ menjadi hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Seringkali manusia terpikirkan hal-hal lain di luar sana yang menjadikan shalatnya tidak khusyu’.
Padahal dalam hadis dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.”
Berikut adalah lima cara yang mungkin dapat dilakukan agar sholat menjadi khusyu’:
Pertama, hati yang Ikhlas karena Allah SWT. Ketika seseorang melaksanakan shalat dengan hati yang ikhlas karena Allah SWT semata, maka akan muncul kekhusyu’an pada anggota tubuh berupa ketenangan hati. Sebagaimana firman-Nya,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6)
“Maka celakalah orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya yang berbuat riya’.” (Q.S Al-Maun: 4-6).
Menurut Ibnu Abbas, orang yang lalai terhadap shalatnya adalah orang yang hatinya tidak hadir ketika shalat atau tidak khusyu’ ketika shalat.
Kedua, mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud, sebagaimana hadis Rasulullah SAW:
و لما دخل الكعبة ما خلف بصره موضع سجوده حتى خرج منها
“Dan sewaktu beliau masuk kedalam ka’bah tidak sedikitpun beliau memalingkan pandangannya dari tempat sujudnya hingga beliau keluar dari dalam ka’bah”.
Ketiga, kecepatan membaca. Kecepatan membaca seseorang ketika melaksanakan shalat akan berpengaruh kepada kekhusyu’an dalam shalat. Oleh karenanya, diperlukan adanya ketenangan, tidak tergesa-gesa dan tuma’ninah
Di samping itu, Allah SWT memberikan jaminan berupa kebahagiaan hidup bagi orang-orang yang melakukan shalat dengan khusyu’. Sebagaimana firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Q.S Al-Mu’minun: 1-2).
Keempat, mencari tempat yang sepi. Keadaan tempat yang dapat mengganggu kekhusyu’an seseorang dalam shalat adalah tempat yang dapat mengganggu konsentrasi orang yang shalat. Misalnya shalat di tempat yang terdapat banyak gambar atau lukisan. Sebagaimana hadis dari Aisyah berikut:
أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيْصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي
“Rasulullah Saw pernah sholat menggunakan khamisah (jenis pakaian dari bulu) yang ada gambarnya. Setelah beliau selesai mengerjakan sholat, beliau bersabda, ”bawalah khamisah ini kepada Abu Jahm Ibnu Hudzaifah dan bawakan aku Anbijaniyah (jenis baju tebal dan kasar/baju tebal yang tak ada gambarnya). Karena sesungguhnya khamisah tersebut mengganggu konsentrasiku di dalam sholat tadi”.
Menurut Al-Shan’ani, hadis tersebut merupakan dalil yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang merusak konsentrasi dalam shalat serta dapat memalingkan konsentrasi hati baik berupa ukiran atau benda lainnya adalah makruh.
Kelima, memahami setiap kalimat yang dibaca dalam shalat.
Mengetahui bacaan-bacaan shalat juga merupakan hal yang memengaruhi kekhusyu’an seseorang dalam shalat. Sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (Q.S An-Nisa: 43).
Wallahu A’lam