Khutbah Jumat: Belajar dari Sifat Belas Kasih Nabi

Khutbah Jumat: Belajar dari Sifat Belas Kasih Nabi

Teks Khutbah Jumat tentang sifat belas kasih nabi.

Khutbah Jumat: Belajar dari Sifat Belas Kasih Nabi

Rasulullah SAW adalah nabi yang memiliki berbagai julukan. Salah satunya adalah Nabiyyurrahmah, nabi yang penuh belas kasih. Berikut ini khutbah Jumat bertema belajar dari sifat belas kasih Nabi SAW.

Khutbah Jumat Pertama: Belajar dari Sifat Belas Kasih Nabi

إٍنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَشْكُرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَبْدُهُ وَرَسُولُه الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ مَنْ أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ الله. فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا. أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الَّذِي رَحِمْنَا بِبِعْثَةِ مُحَمَّدٍ وَأَنْزَلَ عَلَى قَلْبِ حَبِيْبِهِ مُحَمَّدٍ: أَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُواْ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ المُنْـزَلِ عَلَيْهِ:” أَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ”

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Suatu ketika Nabi SAW didatangi oleh para sahabatnya. Para sahabat itu meminta kepada Nabi agar mendoakan orang-orang yang telah melempari nabi dengan batu agar dilaknat oleh Allah SWT. Saran para sahabat ini sebagai pembalasan atas apa yang dilakukan oleh seorang laki-laki bernama Sajid dan para kabilahnya, Daus yang telah melempari Nabi dengan batu.

“Kalau saja engkau mau mendoakan (keburukan) untuk orang yang telah melemparimu dengan batu, yang membuat wajahmu berdarah, yang membuat rusukmu sakit. Jika kau mau, wahai Nabi, doakanlah keburukan untuk mereka,” ucap salah satu sahabat kepada nabi.

Saat mendengar itu, nabi kemudian berkata kepada para sahabat tersebut,

إنما بُعِثتُ رَحمةً ولم أُبعثْ لَعّانًا

Aku diutus untuk memberi rahmat, bukan untuk melaknat. (H.R Muslim)

Sahabat yang meminta tadi pun diam. Nabi kemudian berdoa hal yang baik untuk orang-orang yang telah membuat ia terluka.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Kisah tersebut menjadi bukti penting bahwa Rasul SAW mengajarkan kepada semua umatnya untuk berbelas kasih kepada semua orang tanpa membeda-bedakan suku dan warna kulit. Bahkan kepada orang yang hampir mencelakainya sekalipun.

Dalam kisah lain disebutkan, ketika Nabi bergurau dengan para sahabat sembari makan kurma bersama, duduklah di sampingnya seorang budak laki-laki. Namun Rasul tidak enggan bercengkerama dengannya. Ayah Fatimah ini malah berujar kepadanya bahwa tidak ada pembatas dan pembeda antara dirinya sebagai Nabi dengan seorang budak.

إنما أنا عبدٌ ءاكُلُ كما يأكُلُ العبدُ وأجلِسُ كما يجلِسُ العَبد“.

Sesungguhnya aku juga hamba. Aku makan sebagaimana para budak makan dan aku duduk sebagaimana mereka duduk. (H.R as-Suyuthi dari Anas bin Malik).

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Sayangnya, sifat-sifat mulia nabi ini kerap ditinggalkan oleh beberapa umatnya, mungkin juga termasuk kita. Ketika kita disakiti misalnya, kita akan berusaha sekuat tenaga mencari cara untuk membalaskan rasa sakit hati kita. Bahkan sebagian dari kita melakukan hal-hal yang dilarang demi dapat membalaskan kekesalan selama ini.

Dalam kasus yang lain, jika nabi berupaya untuk memutus sekat pembeda antar sesama manusia, sebagian dari kita malah memperlebarnya. Baru jadi pejabat tingkat kelurahan saja maunya diistimewakan dari pada orang biasa. Baru diangkat jadi pejabat polisi atau militer maunya selalu didahulukan di jalan raya dan tak mau antri seperti yang lain. Baru punya mobil mewah sedikit saja, ketika disalip bawaannya ngajak bertengkar.

Mungkin kalau saja nabi masih hidup saat ini, ia akan bilang kepada orang-orang tersebut, “Saya yang nabi aja biasa aja!”

Sidang Jumat yang berbahagia.

Belas kasih Nabi SAW juga tercermin dari sikapnya yang selalu ingin membahagiakan dan membuat senang orang lain. Dalam istilah Arab disebut dengan “Jabr Khatir”. Dalam suatu kesempatan, seorang sahabat menemui nabi sembari membawa buah anggur. Nabi kemudian mencobanya. Setelah mencoba satu buah, nabi kemudian melahap habis buang anggur yang dibawa sahabat tersebut. Para sahabat pun terheran, jarang sekali melihat nabi makan selahap itu. Apalagi selama ini, jika ada makanan, Nabi selalu membagikan kepada sahabat lain. Sahabat yang membawa anggurnya itu bahagia bukan main. Ia kemudian pamit kepada nabi dan berlalu pergi.

Setelah sahabat yang memberi anggur itu pulang, nabi kemudian bercerita kepada para sahabat yang lain. Lahapnya nabi memakan buah anggur tersebut bukan karena rakus atau tidak mau bagi-bagi kepada sahabat lain. Melainkan karena anggur yang dibawa sahabat tersebut masih asam. “Kalau saja kalian ikut makan anggur itu, kalian akan memuntahkannya. Hal itu akan membuat orang yang membawanya kecewa.” Nabi bahkan rela menghabiskan anggur asam itu sendirian demi membahagiakan pemilik anggur.

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Begitulah sifat mulia nabi. Belas kasihnya kepada semua makhluk Allah SWT menjadi contoh para umatnya untuk melakukan yang sama. Meskipun tidak 100% persen mencontohnya, setidaknya bisa meniru sebagiannya. Ma laa yudraku kulluhu la yutraku kulluh.

هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهُ لِي وَلَكُم

Khutbah Jumat Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَر، وَأَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَر، وَاَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلإِنْسِ وَالْبَشَرِ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَر.أَمَّا بَعْدُ:فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْــمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ((إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ، يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا))

أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات،

اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَن، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر

Baca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.