Khutbah Jumat: Bekerja dengan Sungguh-sungguh, Itulah Ihsan!

Khutbah Jumat: Bekerja dengan Sungguh-sungguh, Itulah Ihsan!

Bekerja dengan sungguh-sungguh itulah ihsan. Termasuk bagian dari bekerja adalah beramal, belajar, dan lain sebagainya.

Khutbah Jumat: Bekerja dengan Sungguh-sungguh, Itulah Ihsan!

Selama ini ihsan hanya sering diartikan beribadah kepada Allah SWT seakan-akan Allah melihat kita, dst. Padahal makna ihsan lebih luas dari itu.

Khutbah Jumat Pertama: Bekerja dengan Sungguh-sungguh, Itulah Ihsan!

اَلْحَمدُ للهِ الَّذِى اَمَرَناَ بِاتِّبَاعِ اْلحَقِّ ِفى كُلِّ اُمُرٍ, أَشْهَدُاَنْ لاَاِلٰهَ اِلاَّالله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهَادَةً عَبْدٍشَكُوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِه وَصَحْبِهِ عَلىَ مَمَرِّالدُّهُوْرِ. ﴿أَمَّا بَعْدُ﴾ فَيَا عِبَادَ اللهِ. إِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin Hafizhakumullah,

Dalam Islam, semua konsep etika dalam Al-Quran terpusat pada konsep amal saleh. Amal saleh merupakan amalan kebajikan yang dilakukan berdasarkan kepada fungsi, posisi, serta kondisi ruang dan waktu seseorang. Sebab, kata saleh itu mengandung arti sesuai atau sebut saja semua amalan keutamaan yang sesuai. Sesuai dengan apa? Ya sesuai dengan fungsi, posisi, serta kondisi ruang dan waktu seseorang. Pengejawantahan amal saleh dalam prakteknya harus selalu dibarengi dengan takwa.

Takwa menurut Muhammad Asad dalam The Message of the Quran ialah kesadaran akan hadirnya Allah dalam setiap relung kehidupan yang kita jalani. Kesadaran inilah yang menggerakkan sekaligus memonitori ruang gerak amal kebajikan yang kita lakukan, apakah amalan kita ini sudah saleh/pas/sesuai/cocok/ngetrep dengan fungsi, posisi, serta kondisi ruang dan waktu yang kita miliki.

Pengertian saleh seperti ini tentu tentunya sangatlah relatif pada setiap orang dan bahkan subjektif. Tidak bisa disamaratakan bagi tiap orang. Karena setiap orang memiliki amalan prioritasnya tersendiri.

Bagi seorang anak, amalan prioritas utamanya ialah bakti kepada kedua orang tua. Bagi seorang mahasiswa, amalan prioritas utamanya ialah menuntut ilmu dan seterusnya. Amalan saleh ini harus berada dalam koridor takwa, yakni bahwa setiap amalan yang kita lakukan ini selalu merasa diawasi oleh Allah.

Singkatnya ketakwaan itu berbentuk kesadaran secara terus menerus bahwa Tuhan mengawasi gerak-gerik kita.

Ma’asyiral Muslimin Hafizhakumullah,

Amalan puasa di bulan Ramadan, misalnya, ialah semacam kursus atau pelatihan selama dua puluh sembilan atau tiga puluh hari  untuk membangkitkan kesadaran kehadiran Allah ini. Sebab, yang tahu puasa ialah kita dan Allah. Jadi orang lain tidak akan tahu kita puasa atau tidak. Allah lah yang melihat dan mengawasi kita. Pendek kata, puasa itu bertujuan untuk melatih diri untuk meningkatkan kesadaran kehadiran Tuhan, yakni takwa (la’allakum tattaqun).

Dalam proses pengerjaan amal-amal kebajikan yang sesuai dengan kondisi kita ini, Al-Quran juga mengajarkan untuk sebisa mungkin kita melakukan yang terbaik. Amalan kebajikan, apa pun bentuknya, harus dilakukan dengan cara dan proses yang terbaik agar hasilnya juga yang terbaik.

 

Ma’asyiral Muslimin Hafizhakumullah,

Misalnya, saya mencontohkan bahwa seorang mahasiswa akan disebut sebagai orang saleh kalau dia sudah memenuhi hal-hal yang dituntut dari posisinya sebagai mahasiswa, yakni salah satunya ialah menuntut ilmu. Dalam melaksanakan fungsi menuntut ilmu ini, mahasiswa juga harus melakukannya dengan baik, kalau perlu dengan cara yang terbaik, agar hasil menuntut ilmunya sangat maksimal.

Dalam tradisi pesantren, kita mungkin kenal adagium al-ilmu la yu’tiika kullahu hatta tu’tiyahu kullaka (ilmu tidak akan memberikan dirinya sepenuhnya kepadamu sampai kamu memberikan sepenuh dirimu kepadanya). Artinya di sini, dalam menuntut ilmu, kita harus ber-ihsan. Harus ada totalitas.

Nah, ihsan itu ialah bahwa ketika kita beramal kebajikan, kita harus melakukannya dengan sebaik mungkin, tidak biasa-biasa saja dan tidak ngasal. Ketika menuntut ilmu, seorang mahasiswa harus total mengabdikan diri pada ilmu dan perkembangan ilmu pengetahuan. Itulah amal kebajikan yang harus dilakukan dan amal kebajikan menuntut untuk dilakukan dengan sebaik mungkin. Inilah ihsan.

Ma’asyiral Muslimin Hafizhakumullah,

Saya masih ingat betul ketika Kyai Ali Mustafa Yaqub membacakan hadis riwayat Sahih al-Bukhari yang bunyinya: inna Allah la yuhibbu al-abda idza amila syai’an walam yutqin (sesungguhnya Allah tidak menyukai seorang hamba  yang ketika beramal tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh).

Pak Yai berpesan, kerja itu jangan asal-asalan. Kerja itu jangan setengah-setengah. Dalam bahasa agama, amalan itu harus ihsan. Harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar mendapat hasil sebaik mungkin juga.

Bahkan dalam sunnah Nabi, dalam hal yang secara sepintas sepele pun, misalnya seperti menyembelih kambing, Nabi meminta kita untuk ber-ihsan, menyembelih dengan sebaik mungkin (jika kalian menyembelih, fa ahsinu adz-zabha, sembelihlah dengan sebaik mungkin). Hadis ini menggunakan redaksi ahsin, bentuk imperatif dari kata ahsana-yuhsinu-ihsan, yang semuanya itu berarti fi’lul ahsan (melakukan yang terbaik).

Ma’asyiral Muslimin Hafizhakumullah,

Dalam menyebelih hewan yang secara sepintas seperti sepele ini saja Nabi Muhammad SAW meminta kita untuk melakukan sebaik mungkin, apalagi pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab besar. Semua itu harus dilakukan sebaik mungkin dan gunakan prinsip kullaka, prinsip yang tidak mentolerir dilakukannya pekerjaan secara setengah-setengah.

Jadi secara ringkasnya perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa kesadaran akan hadirnya Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, sebut saja takwa, mendorong kita untuk selalu mawas diri dalam mengejawantahkan amalan-amalan kebajikan dan amalan kebajikan harus dilakukan dengan sepenuh hati, dengan ihsan. Amalan salih itu dengan kata-kata lain tidak melulu monopoli orang-orang suci yang menjadi wali. Amalan salih itu bentuknya apa saja, tergantung pada kondisi kita, asalkan mendatangkan kebaikan, kemaslahatan, kebermanfaatan bagi diri dan orang lain dan semua itu harus dilakukan dengan sebaik mungkin, dan tidak dilakukan secara setengah-setengah.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Jumat II: Bekerja dengan Sungguh-sungguh, Itulah Ihsan!

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْم: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Baca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.