KH Hasyim Asyari, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

KH Hasyim Asyari, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

KH Hasyim Asyari, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, seorang ulama besar di Indonesia dan tokoh pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, salah satu orgasisasi Islam terbesar di Indonesia adalah pendiri pesantren Tebuireng, sekaligus dikenal sebagai tokoh pembaharu pesantren.

Ia memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin ‘Abdil-Wahid bin ‘Abdil-Halim bin ‘Abdil-Rahman bin ‘Abdillah bin ‘Abdil-‘Aziz bin ‘Abdillah Fattah bin Maulana Ishaq, ayah Raden Ainul Yaqin, Sunan Giri. Lahir pada tanggal 14 Februari 1871 di desa Gedang, Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur. Beliau adalah putra ketiga dari sebelas bersaudara, ayahnya adalah Kiai Asy’ari yang silsilahnya sampai pada Joko Tingkir. Sedangkan ibunya adalah Nyai Halimah yang silsilahnya sampai pada Brawijaya VI.

Tanda-tanda kecerdasan KH. Hasyim Asy’ari sudah terpancar sejak dalam kandungan. Ibunya mengandung lebih lama daripada umumnya kandungan. Suatu ketika, ibunya bermimpi melihat bulan jatuh dari langit ke dalam kandungannya. Konon mimpi tersebut ditafsirkan sebagai tanda bahwa anak yang dikandung akan mendapatkan kecerdasan dan barokah dari Tuhan. Ternyata semesta mengamininya, karena pada saat berusia 13 tahun, beliau sudah menjadi guru pengganti (badal) di pesantren untuk mengajar santri-santri yang tidak jarang usianya lebih tua dari beliau.

Tanah Jombang adalah tempat pertama Hasyim Asy’ari menimba ilmu. Mendapat pendidikan tentang dasar-dasar ilmu agama dari kedua orang tuanya, beliau kemudian melanjutkan pencarian ilmunya ke Pesantren Wonorejo Jombang, Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Trenggilis Surabaya, Pesantren Kademangan Bangkalan Madura asuhan KH. Cholil. Selain itu, beliau juga belajar ke Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo asuhan Kiai Ya’kub.

Tidak berhenti di tanah Jawa, pencarian ilmunya berlanjut ke tanah Makkah. Di tanah suci tersebut, beliau mempelajari berbagai disiplin ilmu, seperti fikih (konsentrasi madzhab syafi’i), hadis, tauhid, tafsir, tasawuf, gramatika Arab, kepada Sayyid Abu Bakar ‘Ata, Abdul Hamid al-Darustani, Muhammad Syu’aib al-Maghribi, Ahmad Amin al-‘Attas, Sayyid Alawi bin Ahmad Assegaf, Sayyid Abbas al-Maliki, Sayyid Husain bin Muhammad al-Habsyi, Sayyid Abdullah az-Zawawi, Salih Bafadal, Rahmatullah bin Khalil al-Hindi, Muhammad Abid bin Husain al-Maliki, Hasyim ad-Dagistani, Ahmad Khatib al-Minangkabawi, dan Syaikh Nawawi al-Bantani.

Pada bidang hadis, KH. Hasyim Asy’ari belajar kepada Syaikh Maḥfūdẓ at-Tarmisi yang mempunyai silsilah muttashil sampai kepada Imam Bukhari. Dalam silsilahnya, Syaikh Maḥfūdẓ at-Tarmisi termasuk generasi ke-23, kemudian beliau memberikan ijazah kepada KH. Hasyim Asy’ari sebagai ulama ahli hadis sekaligus menjadi mata rantai hadis ke-24. Pada bagian awal kitab Irsyadussari disebutkan secara lengkap sanad periwayatan hadis KH. Hasyim Asy’ari, mulai dari sanad hadis Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan Al-Muwatta.

KH. Hasyim Asy’ari wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M di Jombang, Jawa Timur. Beliau meninggalkan banyak karya dalam bentuk tulisan yang belakangan dikumpulkan oleh M. Ishom Hadziq (cucu KH. Hasyim Asy’ari), yaitu : At-Tibyan fi An-Nahyi ‘an Muqata’at Al-Arham wa Al-Aqarib wa Al-Ikhwan, Muqaddimah Al-Qanu Al-Asasi, Risalah fi Ta’kid Al-Ahzi bi Al-Mazhab Al-Aimmah Al-Arba’ah, Mawa’i, Arba’ina Hadisan, An-Nur Al-Mubin, At-Tanbihat Al-Wajiban, Risalah Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah, Ziyadah Ta’Liqat ‘ala Manzumah Syaikh ‘Abdullah bin Yasin al-Fasuruani, Żaw’il Misbah, Ad-Durar Al-Muntasyirah, Al-Risalah fi al-‘Aqaid, Al-Risalah fi at-Tasawuf, Adab al-‘alim wa al-Muta’allim, Tamyiz al-Haq min al-Batil.

Selain dari 15 karya yang telah dikumpulkan oleh cucunya, ada sejumlah karya lain yang masih dalam bentuk manuskrip dan belum diterbitkan, yaitu : Hasyiyat ‘ala Fath ar-Rahman bi Syarh Risalah al-Wali Ruslan li Syaikh al-Islam Zakariyya al-Ansari, al-Risalah al-Tauhidiyah, al-Qalaid fi Bayan ma Yajid min al-‘Aqaid, al-Risalah al-Jama’ah, Tamyiz al-Haq min al-Batil, al-Jasus fi ahkam an-Nuqus, dan Manasik Sugra.

Semua karya tersebut adalah bukti bahwasanya KH. Hasyim Asy’ari mempunyai tingkat keilmuan yang komprehensif dalam berbagai bidang.

Wallahu A’lam.