Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama yang ke-90 dalam pandangan KH.Fuad Affandi harus menjadi lahirnya kebangkitan pemikiran baru. Sebab menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung ini, Nahdlatul Ulama dilahirkan dari titik tolak pemikiran sebelum menjadi gerakan.
"NU senyawa dengan Islam. Ada ilmu ada amal. Antara ilmu dan amal tak bisa dipisahkan.Ada teori harus teruji dalam tindakan. Jika ada tindakan tanpa ilmu, itu sama saja jalan di kegelapan. Lahirnya NU sebagai gerakan lahir karena pengetahuan yang brilian dari para ulama untuk menjawab tantangan zaman kala itu. Sekarang tantangan kita sudah berbeda. NU sudah 90 tahun, dan apa yang harus kita lakukan?" ujar Kiai yang menahkodai pesantren Agribisnis ini kepada Islami.co, Ahad, (31/1).
Atas dasar itu, KH.Fuad Affandi bermaksud menawarkan terobosan pemikiran kepada orang NU yang berada di jajaran struktural maupun NU kultural. Pertama, orang NU menurutnya harus terus inovatif dalam mengembangkan pengetahuan untuk menjawab persoalan.
Ngaji menurutnya adalah kewajiban. Tapi sekadar menjalankan kewajiban tanpa usaha untuk menjawab persoalan itu sama juga memisahkan antara ilmu dengan amal. Maka sebaiknya setiap santri atau pelajar wajib menyadari pentingnya kebutuhan diri sendiri dalam mencari ilmu. Banyak ilmu bukan berarti semua harus dikeruk. Sebaiknya ada pengetahuan yang harus bisa menjawab kebutuhan hidup diri sendiri, baru kemudian kebutuhan masyarakat luas, dan diabdikan pada kepentingan bangsa.
"Dari sekian banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah lumayan maju, saya melihat ada kelemahan warga NU dan ini juga berlaku untuk masyarakat di luar NU, yaitu kelemahan mencari sumber penghasilan yang halal dan berdaya guna menyelesaikan urusan rumah tangga.Jangankan yang kurang berpendidikan. Banyak sarjana juga susah mencari kebutuhan hidup. Hal ini salahsatunya disebabkan karena tidak kreatifnya seseorang menggunakan ilmu untuk kehidupan sehari-hari," terangnya.
Lain dari itu, menurut KH.Fuad Affandi, banyak orang telah berpendidikan tinggi seringkali tidak memiliki kreativitas dalam keilmuan. Seolah-olah setelah sarjana ilmunya berguna. Padahal yang digunakan selama ini hanya sebatas ijasahnya.
"Ilmu itu tidak ada urusannya dengan ijasah. Kalau nyari kebutuhan ekonomi modalnya ijasah ya itu akan terbatas pada jabatan tertentu. Bagaimana yang tidak punya ijasah? Jangan jadikan ijasah itu sejenis jimat atau mitos yang seolah-olah bisa menyelesaikan perkara hidup. Otak dengan kualitas pengetahuan dan kemampuan menerapkan itulah yang akan membuat kita berdaya dalam menghadapi persoalan," katanya lugas.
Mang Haji, demikian nama akrab KH.Fuad Affandi berpesan agar warga NU kuat dalam urusan ekonomi. Menjadi wirausahawan merupakan langkah penting yang harus digerakkan oleh pengurus NU. (Yus/Makmun)