Sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul dan ditugaskan untuk menyampaikan kebenaran agama Islam, kebanyakan penduduk Mekah tidak suka dan benci dengan beliau. Mereka benci bukan karena perilaku Nabi SAW, tetapi tidak suka dengan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.
Berbagai macam usaha dilakukan kafir Mekah untuk menghadang risalah Nabi Muhammad. Mulai cara lunak dan keras digunakan untuk merayu Rasulullah agar berhenti berdakwah. Sebagai utusan Allah tentu Rasul tidak goyah sedikitpun dengan rayuan dan ancaman kafir Mekah.
Dalam perjalanan dakwahnya, caci makian sudah makanan sehari-hari Rasulullah. Tidak hanya cacian, penyiksaan fisik dan penghinaan di depan umum pun beliau rasakan.
Dalam riwayat Muslim dikisahkan, ketika Rasul melewati wilayah Thaif, penduduk Thaif melempari beliau dengan batu. Melihat kajian itu, malaikat datang menghampiri Rasulullah dan turut sedih dengan kejadian yang menimpa Rasulullah. Malaikat menawarkan balasan untuk penduduk Thaif. Saking kesalnya, Malaikat ingin melempar gunung kepada mereka.
Akan tetapi, Rasulullah menolak tawaran malaikat. Rasul tidak mau membalas keburukan yang ditimpakan kepadanya. Alih-alih balas dendam, Rasul malah mendoakan. Beliau berharap agar anak keturunan dari penduduk Thaif kelak menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.
Akhlak Rasul begitu mulia. Tidak ada yang mampu menandingi akhlak beliau. Meskipun tidak bisa sempurna dalam mengikuti akhlak beliau, paling tidak sebagai umatnya kita berusaha untuk selalu memperbaiki akhlak sebagaimana tuntunan Rasulullah.