Kendaraan pribadi adalah kebutuhan banyak orang. Entah itu berbentuk sepeda, sepeda motor maupun mobil. Sebagai seorang muslim, tentu kita ingin bahwa kendaraan pribadi tersebut dapat memberikan kebaikan. Dan keinginan terseebut dapat dipenuhi dengan berdoa kepada Allah.
Salah satu doa itu dapat berupa doa yang diperuntukan pada kendaraan itu sendiri. Apakah ada anjuran tentang hal itu? Ya, Nabi sendiri pernah mengajarkan untuk mendoakan kendaraan baru. Meski dengan konteks yang sedikit berbeda. Kendaraan di zaman Nabi tidaklah sama dengan kendaraan di zaman sekarang. Kendaraan di zaman Nabi masihlah berupa unta.
Imam as-Suyuthi dalam Kitab Jami’ul Ahadis mendokumentasikan hadis yang berbunyi:
إذَا أَفَادَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً أَوْ خَادِمًا أَوْ دَابَّةً فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ وَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جُبِلَتْ عَلَيْهِ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّهَا ، وَشَرِّ مَا جُبِلَتْ عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ بَعِيْرًا فليأخذ بِذِرْوَةِ سَنَامِهِ
“Ketika salah seorang kalian menikahi perempuan, mengambil pembantu atau kendaraan, maka peganglah ubun-ubunnya dan berdoalah dengan doa meminta kebaikan (berkah). Dan berdoalah, ‘Ya Allah, aku meminta kepada-Mu, kebaikannya dan kebaikan watak yang tertanam padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan watak yang tertanam padanya.’ Apabila kendaraan itu berupa unta, maka peganglah ujung ubun-ubunnya.”
Dalam redaksi lain disebutkan:
إذَا أَفَادَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً أَوْ خَادِمًا أَوْ دَابَّةً فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَلْيُسَمِّ اللهَ عَزَّوَجَلَّ وَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جُبِلَتْ عَلَيْهِ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّهَا ، وَشَرِّ مَا جُبِلَتْ عَلَيْهِ
“Ketika salah seorang kalian menikahi perempuan, mengambil pembantu atau kendaraan, maka peganglah ubun-ubunnya dan sebutlah nama Allah azza wajalla. Dan berdoalah, ‘Ya Allah, aku meminta kepada-Mu, kebaikannya dan kebaikan watak yang tertanam padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan watak yang tertanam padanya.'”
Hadis tersebut diriwayatkan di antaranya oleh Ibn Majah, al-Hakim, Ibn Sunni, al-Baihaqi dan an-Nasa’i. al-Hakim menyatakan hadis tersebut adalah hadis sahih dan ini distujui oleh adz-Dzahabi. Ada beberapa hadis lain yang memiliki redaksi yang berbeda namun semakna.
Dari hadis tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan. Di antaranya:
Pertama, doa keberkahan tidaklah hanya bisa ditujukan pada manusia saja. Tapi juga pada selain manusia. Dalam hadis di atas, secara sorih dapat ditujukan pada hewan.
Kedua, bagian tubuh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad untuk diperhatikan, adalah bagian ubun-ubun. Hal ini tentunya mempetimbangkan adanya rahasia tersendiri pada bagian ubun-ubun.
Ketiga, ada bermacam-macam doa yang dapat dipanjatkan. Selain doa di atas, bisa saja dengan doa yang intinya meminta tambahan kebaikan, menyebut nama Allah, atau berlindung dari setan.