Bulan Rabi’ul Awal adalah bulan yang bersejarah dalam Islam. Pada bulan tersebut lahir seseorang yang kemudian menjadi nabi dan rasul penutup. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya, disempurnakan oleh risalah yang dibawanya. Nabi dan rasul penutup tersebut tak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Banyak aspek kehidupan yang berhasil diubah oleh Nabi Muhammad SAW. Sampai-sampai Nabi Muhammad SAW dinobatkan menjadi orang pertama yang paling berpengaruh pada bukunya Michael H. Hart.
Sebagai panutan, banyak sekali hal yang dapat dipelajari dari Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah kesantunan dan kelembutannya.
Di jamannya, banyak yang masuk Islam bukan hanya karena faktor hidayah Allah SWT, tetapi juga faktor kesantunan dan kelembutannya. Terlebih lagi jika memahami sifat dasar dari Islam, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, memiliki arti keselamatan. Ini artinya, siapapun yang dekat dengan orang Islam, hendaknya merasa aman dan selamat. Akan tetapi, kesantunan dan kelembutan nabi tersebut semakin jarang dan susah ditemui pada diri pengikutnya.
Berbagai negara yang mayoritas Islam mudah diadudomba. Sehingga, muncul perang saudara karena isu golongan. Satu pihak menganggap pihak lain halal dibunuh. Begitu juga pihak lain, tidak ingin kalah dengan melawan pihak yang menganggapnya halal untuk dibunuh. Di Indonesia sendiri, peristiwa saling hina dan caci maki semakin terasa sejak adanya dikotomi politik pada tahun 2014 dan masih berlangsung saat ini. Ada golongan yang menganggap diri mereka paling merepresentasikan Islam, namun perkataannya keras dan menjatuhkan pihak lain, bahkan menjatuhkan tanpa data, menganggap pihak lain bagian dari kaum yang harus dilawan sehingga boleh diperangi.
Jika menelusuri lebih lanjut, Nabi Muhammad SAW memang pribadi yang tegas. Namun, ketegasannya bukan berarti memunculkan perilaku keras dan menjatuhkan lawan. Banyak data faktual yang menyatakan bahwa setiap provokasi dari pihak kaum kafir tidak selalu dibalas oleh nabi. Misalkan, Nabi Muhammad SAW tidak lantas membunuh pengemis tua buta Yahudi yang setiap hari mencacimakinya, justru nabi malah setiap hari menyuapi pengemis itu. Nabi Muhammad SAW juga tidak melawan ketika Islam dilecehkan pada perjanjian Hudaibiyah karena kaum kafir menolak dan mencoret penulisan bismillah dan Muhammad Rasulullah. Nabi Muhammad SAW menjadi penjenguk pertama bagi orang yang setiap hari melempari nabi ketika shalat dengan kotoran. Nabi Muhammad SAW tidak membunuh orang yang kencing di masjid. Serta masih banyak sikap santun dan lembut dari nabi yang dapat dicontoh.
Kisah-kisah santun dan lembut dari nabi ini mestinya diangkat, terutama di Indonesia, karena salah satu daya tarik dan kekuatan Islam adalah terletak pada dua sikap tersebut. Dua sikap tersebut menyebabkan Islam terejawantahkan. Membuat setiap orang merasakan keselamatan jika berada di dekat Islam, meski dirinya bukan Islam.
Maka dari itu, penting menginternalisasikan sifat santun dan lembut tersebut pada diri kita masing-masing. Agar kita mampu mencerminkan Islam yang indah, agar mampu bersikap baik pada sesama muslim dan orang lain. Sikap-sikap macam ini yang dapat membuat Indonesia semakin baik, jauh dari sikap saling menjatuhkan, bahkan mampu berpikir panjang pada suatu fenomena.
Nabi pun mencontohkan sikap berpikir panjang tersebut. Contoh-contoh yang telah dikemukakan tersebut mengindikasikan bahwa nabi tidak mudah untuk mengambil tindakan kecuali dengan pikiran jangka panjang.
Satu hal yang penting untuk diperhatikan, bahwa meniru sikap santun nabi bukan hanya untuk diimplementasikan kepada sesama. Tetapi juga diterapkan kepaada nabi sendiri, meski nabi sudah wafat. Salah satu adab yang buruk terhadapnya adalah menganggap bapak dan ibu nabi berstatus kafir dan masuk neraka, menganggap bahwa nabi seperti manusia yang lain sehingga tidak perlu diistimewakan, menganggap bahwa nabi tidak bisa memberikan syafa’at, dan menganggap bahwa nabi pernah tersesat (secara akidah). Semoga saja kita tidak termasuk ke golongan ini dan senantiasa mendapatkan syafaat dari beliau.