Shalat ibarat kepala manusia. Mustahil manusia bisa hidup tanpa kepala. Begitu juga segala bentuk perbuatan manusia akan sia-sia tanpa disertai shalat. Shalat adalah inti dari semua ibadah. Shalat menjadi ukuran diterima atau tidaknya amal manusia selama di dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Amal seorang hamba yang akan dihisab pertama kali kelak di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik (diterima), maka seluruh amalnya dianggap baik. Namun jika shalatnya rusak (tidak diterima), maka seluruh amalnya menjadi rusak (tertolak).” HR. al-Thabarani
Ada hikmah yang sangat besar kenapa Allah mewajibkan shalat subuh 2 raka’at, shalat zhuhur, ashar dan isya’ 4 raka’at sementara maghrib 3 raka’at. Ulama mejelaskan hikmah tersebut sebagai berikut:
Shalat subuh hanya 2 raka’at karena pada waktu subuh adalah saat dimana rasa kantuk masih membekas dan badan belum begitu energik karena baru bangun dari tidur. Maka Allah memberikan keringanan untuk shalat subuh hanya 2 raka’at. Zhuhur dan ashar masing-masing 4 raka’at karena pada waktu itu umumnya manusia masih semangat, segar dan energik dalam beraktifitas. Maghrib 3 raka’at sebagai bentuk isyarat bahwa maghrib adalah witirnya siang. Sedangkan isya’ 4 raka’at karena sebagai penambal kekurangan-kekurangan malam dari siang.
Selanjutnya, raka’at shalat hanya 2, 3 dan 4 raka’at, bukan 1 dan 5, karena sebagaimana sayap-sayap malaikat yang juga ada dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat. Allah berfirman:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir [35]:1)
Dengan saya-sayap tersebut, malaikat dapat sampai kepada derajat yang paling tinggi di sisi Allah. Begitu juga manusia; mereka akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka jika mereka melaksanakan kewajiban shalatnya yang jumlah raka’atnya terdiri dari 2, 3 dan 4.
Sementara itu, Syaikh Nawawi al-Bantani dalam Sullam al-Munajat menjelaskan hikmah yang berbeda yang ada kaitannya dengan 5 panca indera manusia sebagai berikut:
Dua raka’at subuh sebagai bentuk syukur atas indera pengecap (mulut) yang karenanya manusia bisa merasakan 2 hal yang bersifat halus dan kasar, serta untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang datang dari kedua hal tersebut. Empat rara’at shalat zhuhur sebagai bentuk syukur manusia atas indera penciuman (hidung) yang dapat mencium bau dari empat arah. Selain itu, 4 raka’at zhuhur dijadikan sebagai penutup kesalahan yang datang dari empat arah tersebut.
Empat raka’at shalat ashar merupakan tanda syukur manusia atas indera pendengaran (telinga) yang dapat menangkap berbagai jenis suara dari empat arah dan tiga raka’at shalat maghrib karena manusia memiliki indera penglihatan (mata) yang dengannya dapat melihat yang datang dari tiga arah; depan, kanan dan kiri. Sedangkan penglihatan ke arah belakang, tidak mungkin bisa dilakukan. Dengan demikian, 3 raka’at tersebut sebagai bentuk syukur manusia atas kenikmatan tersebut sekaligus sebagai penyemangat untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang datang dari tiga arah itu. Adapun 4 raka’at shalat isya’ merujuk kepada bentuk syukur manusia atas nikmatnya indera perasa yang dapat merasakan empat macam rasa yaitu dingin, panas, pahit dan manis.
Sumber: Al-Baijuri dan Sullam Al-Munajat