Hari ini saya di Madura. Di beberapa ruas jalan, khususnya jalan dekat pasar sesak dengan lalu lalang orang, motor, dan mobil. Tak seperti hari hari biasa. Jalanan macet. Di sejumlah pasar, transaksi jual beli bahan pokok dan khususnya buah-buahan meningkat tajam.
Sementara itu, beberapa komplek pesantren dan rumah penduduk ramai. Keramaian di pasar, pesantren, rumah-rumah ini saling kait. Karena di bulan ini orang Madura sedang menyelenggarakan acara Muludan, yaitu memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Acara diselenggarakan mulai tanggal 1 Rabiul Awal hingga akhir bulan. Satu bulan penuh! Dalam kegiatan ini, diisi pengajian dan pembacaan barzanji: kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad saw. Setiap orang yang diundang di acara itu disajikan makanan, minuman, serta buah buahan.
Di satu kampung, sehari, acara muludan bisa tiga kali dilakukan di rumah penduduk secara bergantian. Orang-orang Madura merasa ada yang hilang, kalau di rumahnya belum diselenggarakan acara muludan. Seperti acara walimatul urus, walimatul khitan, dan tahlilan, muludan adalah kegiatan yang harus ada dan diselenggarakan dengan meriah.
Secara ekonomi, acara muludan di Madura telah meningkatkan transaksi jual beli di pasar dengan signifikan, khususnya komodite buah-buahan. Secara budaya, muludan di Madura menjadi ruang perekat sosial serta arena berbagi antar penduduk. Di pesantren misalnya, muludan menjadi ajang silaturahmi antara pengasuh pesantren dengan santri, wali santri, dan penduduk. Dan secara spiritual, ia menjadi ruang dimana orang mengekspresikan kecintaan pada Nabi saw.
Di beberapa tempat, di Madura, saya menemukan manuskrip Serat Anbiya: sebuah teks yang berkisah tentang sejarah nabi nabi yang ditulis dengan langgam macapat. Dulu, seperti juga di Jawa, teks semacam ini dibaca di hadapan para anak anak dan santri, secara puitis sebagai sebuah pertunjukan.
Begitulah ekspresi kecintaan umat Islam pada Sang Nabi saw.
Di bulan ini pula kelahiran Nabi Isa al-Masih, diperingati, bukan oleh umat Islam, melainkan oleh umat Kristiani. Ada fatwa dikeluarkan, haram hukumnya mengucapkan Selamat Hari Natal. Dan saya ditanya oleh orang Madura perihal fatwa itu.
Nabi Isa al Masih adalah salah satu Nabi yang oleh umat Islam wajib diimani. Kisah hidupnya dalam Alquran dituturkan secara ekspresif. Tak kalah indah dan detil dengan Alkitab ketika menuturkannya.
Sebagai wujud kecintaan kita kepada Nabi Isa al-Masih, mari kita baca kisah-kisahnya sebagaimana Alquran menuturkannya. Mari kita dendangkan kisahnya itu kepada anak cucunya agar kita bisa meneladaninya.
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam: 15)