Teknologi komunikasi dan informasi memfasilitasi semua orang untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk mengakses informasi — yang semua ini nyaris sama sekali tanpa batas.
Para pakar tenggelam dalam laboratorium dan ruang akademik yang kedap suara. Mereka bisa sinting ketika di luar dinding laborarorium dan ruang seminar menyaksikan semua kepakaran mereka telah dikudeta oleh kaum pengguna internet yang sama sekali tanpa kepakaran selain keranjingan komentar. Sambil cengengesan atau berak, para pengguna internet semacam ini mengambil alih segala urusan lewat jemari tangan.
Tak ada urusan yang luput dari pembicaraan di ruang-ruang maya di internet. Cyberspace. Media sosial misalnya menampung semua kata tanpa peduli pakar atau gila yang mengatakannya.
Ini era ketika semua orang seenaknya bicara tentang urusan orang banyak dan membuat kebisuan yang luhur tergusur.
Berbicara kepada khalayak luas adalah gaya hidup milenial sehari-hari. Kebebasan untuk diam telah disingkirkan oleh gaya hidup masyarakat berbicara pada abad informasi ini.
Anehnya justru kata-kata dungu yang diviralkan dan dibahas seakan tanpa batas. Kata-kata bijak terlunta dan terasing di tengah kecamuk kegaduhan yang meredupkan pencerahan.
Inilah era yang oleh Nabi Muhammad disebut masa ruwaibidhah. Suatu kurun orang-orang dungu latah berbicara tanpa batas tentang segala urusan khalayak luas.
Inilah era ketika diam dipandang kosong pengetahuan. Masa tatkala silence is golden berakhir…