Lailatul qadar malam yang sangat istimewa. Pada malam itu, Allah menurunkan al-Qur’an. Lailatul qadar lebih mulia dibanding malam lainnya. Di antara kemuliaannya, Allah mengabulkan doa hamba yang meminta di malam itu dan pahala ibadahnya dilipatgandakan. Namun sayangnya, Allah tidak memberi tahu kapan terjadinya lailatul qadar, bahkan Rasulullah sendiri juga tidak tahu waktu persisnya. Hanya saja, dalam beberapa hadis Rasulullah memberi gambaran umum kapan terjadinya lailatul qadar. Misalnya dalam hadis riwayat al-Bukhari disebutkan:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
“Diriwayatkan dari Ibn Umar RA bahwa beberapa sahabat Nabi salallahualaihi wasallam diperlihatkan lailatul qadar dalam mimpi, di tujuh hari terakhir. Rasulullah salallahualaihi wasallam lalu bersabda: ‘Aku melihat mimpi kalian bertepatan di tujuh hari terakhir. Siapa yang ingin mencarinya, carilah ia di tujuh hari terakhir.”
Sementara dalam riwayat lain dikatakan:
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَعِيدٍ وَكَانَ لِي صَدِيقًا فَقَالَ اعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ فَخَرَجَ صَبِيحَةَ عِشْرِينَ فَخَطَبَنَا وَقَالَ إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي الْوَتْرِ
“Diriwayatkan dari Abi Salamah bahwa ia berkata: aku bertanya pada Abi Sa’id; ia adalah temanku. Ia lalu berkata ‘Kami beri’tikaf bersama Nabi salallahualaihi wasallam dalam 10 hari pertengahan dari bulan Ramadhan. Lalu beliau keluar dari rumah di pagi hari tanggal 20. Beliau lalu berkhutbah di hadapan kami. Beliau berkata ‘Aku diperlihatkan lailatul qadar lalu aku lupa tepat waktunya. Carilah ia di sepuluh hari terakhir, di hari ganjil’.”
Dua hadis di atas menjelaskan, kemungkinan lailatul qadar ada di tujuh hari terakhir Ramadhan dan di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Karenanya, Rasulullah meningkatkan dan memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Para ulama juga berbeda pendapat terkait kapan terjadinya lailatul qadar. Mereka juga mendiskusikan apakah lailatul qadar terjadi pada hari dan tanggal yang sama di setiap tahunnya atau berbeda-beda.
Imam al-Hafidz al-Iraqi menyimpulkan ada 27 pendapat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar. Menurut, Imam al-Nawawi, salah seorang ulama terkemuka dalam madzhab syafi’i menilai bahwa pendapat yang kuat adalah Lailatul Qadar jatuh di setiap tahunnya di malam yang berbeda-beda. Hal ini demi memadukan berbagai riwayat hadis yang menunjukkan waktu yang berbeda-beda tentang terjadinya malam Lailatul Qadar.
Hanya saja, para ulama yang diberi kesempatan oleh Allah menemui Lailatul Qadar banyak yang kemudian mencatat pengalaman mereka, termasuk memberi semacam kaidah kapan biasanya Lailatul Qadar terjadi. Lewat catatan-catatan inilah kita bisa setidaknya memperhatikan malam-malam tersebut. Harapannya adalah dapat melewati malam tersebut dengan ibadah sempurna dan doa-doa kebaikan. Kaidah tersebut yaitu:
Apabila puasa dimulai hari jum’at, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal 29. Apabila puasa dimulai hari sabtu, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal 21. Apabila puasa dimulai hari Ahad, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal 27. Apabila puasa dimulai hari senin, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal 29. Apabila puasa dimulai hari selasa, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal 25. Apabila puasa dimulai hari rabu, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal 27. Apabila puasa dimulai hari kamis, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal 21.
Semoga kita diberi kesempatan untuk bertemu dengan lailatul qadar, kita tidak perlu pusing memastikan kapan terjadinya lailatul qadar. Yang penting adalah kita istiqamahkan ibadah selama Ramadhan, baik siang hari ataupun malam harinya, dan meningkatkan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan sebagaimana dicontohkan Rasulullah.
*Artikel ini ditulis ulang dari artikel sebelumnya, klik di sini.