Baru-baru ini sedang viral sebuah kabar adanya pemakaman seorang penganut Katolik di Purbayan, Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menjadi viral karena patok salib yang ditancapkan pada makam almarhum Albertus Slamet Sugihardi dipotong sehingga tidak lagi berbentuk salib. Kabar ini menjadi hangat karena dikait-kaitkan dengan isu intoleransi agama di wilayah yang mayoritas Muslim tersebut. (Baca juga: Simbol dan Intoleransi di Yogyakarta)
Perkaranya sudah banyak dijadikan perdebatan dan polemik di sana-sini. Maka, tulisan ini bukan untuk mengklarifikasi persoalan tersebut. Justru saya ingin coba merespon apa yang seringkali ditanyakan, bagaimana orang Katolik memandang patok atau nisan berbentuk salib pada kuburan? Apakah memang harus ada nisan atau patok salib di makam orang Katolik? Saya akan mencoba menjawabnya seturut pemahaman saya (yang terbatas) tentang agama saya sendiri.
- Makna Pemakaman Bagi Orang Katolik
Hukum Gereja menyatakan umat beriman Kristiani wajib mendapatkan pemakaman gerejawi. Dengan pemakaman gerejawi, umat yang masih hidup menghormati jenazah serta memohon keselamatan kekal bagi yang wafat. Selain itu, pemakaman gerejawi bertujuan untuk menghibur, menguatkan, dan menabahkan keluarga serta kerabat yang ditinggalkan.
- Tatacara Pemakaman Orang Katolik
Yang harus ada dalam tatacara pemakaman orang Katolik adalah pemberkatan jenazah. Ada tata ritual tertentu yang mesti diikuti dan didoakan. Doa-doa tersebut tidak harus dilakukan di dalam Gereja, tapi bisa saja di rumah atau langsung di sekitar makam. Upacara pemakaman sendiri tidak harus dipimpin oleh pastor, melainkan bisa oleh umat Katolik yang membantu pastor. Mereka disebut prodiakon.
- Patok atau nisan salib adalah penanda bahwa itu kuburan orang Kristen
Kegunaan utama dari patok atau nisan berbentuk salib adalah untuk menandai bahwa orang yang dikuburkan di situ beriman Kristiani (entah Katolik atau Protestan). Saya rasa, ini lebih merupakan fungsi praktis untuk membedakan makam orang Kristen dan orang yang bukan Kristen.
- Makna Tanda Salib
Tanda salib sendiri bagi orang Kristen mempunyai makna yang penting dan mendalam. Tanda salib mengingatkan orang Kristen pada Yesus Kristus (Isa Almasih) yang mereka percaya sebagai Tuhan. Orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus wafat karena disalibkan para musuh-Nya. Lewat wafat di kayu salib itu, Yesus menebus dosa umat manusia dan menyelamatkan mereka. Maka, bagi orang Kristen, tanda salib merupakan peringatan akan kemenangan dan keselamatan mereka.
- Tidak ada hukum Gereja yang mewajibkan patok atau nisan salib
Sejauh dapat dilacak dalam Kitab Hukum Kanonik sebagai hukum Gereja Katolik, tidak ada hukum yang mewajibkan pemasangan patok atau nisan salib pada kuburan orang Katolik. Pemasangan nisan salib lebih merupakan cara menandai makam agar orang tahu bahwa di situ ada kuburan. Secara kultural, patok salib dapat memberi keyakinan dan kemantapan bahwa orang yang wafat memperoleh keselamatan karena telah ditandai dengan salib Yesus Sang Juruselamat. Namun yang jelas, itu tidak diwajibkan dalam hukum Gereja Katolik.
Sebagai alternatif dari patok atau nisan salib, ada pula tradisi memasukkan salib kecil di peti jenazah orang Katolik. Fungsinya sama, yakni mengungkapkan iman dan harapan bahwa orang yang wafat akan diterima di surga oleh Allah. Namun, itu pun tidak wajib hukumnya.
Demikian sekilas pemahaman saya terhadap ajaran Gereja Katolik mengenai patok atau nisan salib.