Kalau Kamu Ingin Ziarah ke Ulama Minangkabau, Ikuti Panduan Ini

Kalau Kamu Ingin Ziarah ke Ulama Minangkabau, Ikuti Panduan Ini

Kalau Kamu Ingin Ziarah ke Ulama Minangkabau, Ikuti Panduan Ini

Bulan Ramadhan di depan mata. Dua bulan sebelum Ramadhan datang, Rajab dan Sya’ban, disebut dibagai hari baik bulan baik, yang mana pada bulan-bulan ini, selain sudah mulai melaksanakan ibadah-ibadah khusus, juga dijadikan sebagai waktu baik untuk berziarah. Selain menziarahi makam sanak famili dan handai tolan, bulan-bulan ini juga dijadikan sebagai waktu menziarahi makam guru, ulama, dan auliya yang telah berjasa dalam penyebaran dan pengembangan Islam.

Sebagai satu di antara organisasi yang dibidani oleh ulama-ulama Minangkabau, PERTI sudah melewati sejarah panjang. Dalam rentang sejarah itu, terdapat tokoh-tokoh yang menjadi panutan sekaligus sanad ilmu, yang selayaknya secara berkala diziarahi untuk mengokohkan madad ilmu. Ibarat kata ulama di surau, “menziarahi guru yang hidup menambah ilmu, menziarahi guru yang telah wafat menambah ma’rifat.”

Oleh sebab itu perlu rasanya peta ziarah, terutama bagi generasi muda yang belum menyelami keberadaan ulama-ulama besar Minangkabau dari kalangan PERTI. Sebagai acuan untuk itu, tulisan ini memberikan sedikit informasi tentang peta ziarah di tanah Darek.

Sebaiknya ziarah dimulai dari thabaqat awal ulama PERTI, yang terdiri dari “soko guru” dari ulama-ulama tersebut. Di antara ulama yang menjadi soko guru ulama PERTI itu ialah Baliau Banuhampu, Syaikh Abdurrahman al-Khalidi Batuhampar dan para penghuni Gobah Batuhampar, Maulana Syaikh Ibrahim Kumpulan, Syaikh Amrullah Maninjau, Syaikh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka, Syaikh Abdullah Halaban, Syaikh Abdus Shamad Biaro, dan Syaikh Yahya al-Khalidi Magek.

Kemudian baru beranjak kepada generasi pertama ulama PERTI, di antaranya Syaikh Sulaiman Arrasuli Candung, Syaikh Abbas Qadhi Ladang Laweh, Syaikh Abdul Wahid Tobekgodang, Syaikh Arifin Batuhampar, Syaikh Jalaluddin “Ongku Karuang” Sicincin Payakumbuh, Syaikh Muhammad Jamil Jaho, Syaikh Ahmad Thahir Batutagak, Syaikh Salim Bayur, dan lain-lain. Terakhir generasi ke-dua ulama PERTI, seperti Syaikh Husain Amin Pasia, Syaikh Zakaria Labai Sati Malalo, Syaikh Muhammad Kanis Tuanku Tuah, Syaikh Mansur Datuak Nagari Basa Kamang, Syaikh Arifin Jamil Tuanku Solok, Syaikh Yunus Yahya Magek, Syaikh Mahmud Abdullah Tarantang, Syaikh Mukhtar Ongku Lakuang, dan lain-lain.

Kalau untuk Luak nan Tuo, Tanah Datar, ziarah bisa dilakukan mulai dari Jaho, yaitu Syaikh Muhammad Jamil Jaho, kemudian terus ke Malalo, yaitu makam Syaikh Zakaria Labai Sati Malalo dan Syaikh Yahya al-Khalidi Malalo. Selanjutnya dapat mengunjungi maqbarah ulama-ulama PERTI lainnya. Jangan lupa, bila sudah di Tanah Datar, berkunjung ke makam satu di antara Waliyullah, yaitu Maulana Syaikh Abdurrahman al-Khalidi Kumango atau Beliau Kumango. Beliau ialah guru dari beberapa ulama PERTI, terutama dalam Thariqat Sammaniyah dan Silek Kumango. Selain itu bila sampai di Barulak, dua ulama besar abad 19, sangat patut dikunjungi, yaitu makam Syaikh Muhammad Thahir Barulak dan Syaikh Muhammad Jamil Tungkar, di mihrab Mesjid Taqwa Barulak.

Jika di Luak Agam, bisa mulai dari Baliau Ladang Laweh, yang makamanya dibagian Mihrah Mesjid Ladang Laweh. Makam beliau ialah tempat ziarah penting dari ulama-ulama tua PERTI. Hampir setiap tahun Syaikh Canduang menziarahi makam ini bersama murid-muridnya. Menurut riwayat, Baliau Ladang Laweh inilah yang memulai halaqah dengan berpedoman kepada sistematika kitab / ilmu-ilmu sebagaimana yang ada di Mesjidil Haram. Sistem halaqah ini kemudian dicontoh, dan diejawantahkan pada Madrasah Tarbiyah Islamiyah.

Setelah Makam Baliau Ladang Laweh, tidak jauh dari situ terdapat Makam Syaikh Abbas Qadhi Ladang Laweh (Ayah Buya Sirajuddin Abbas). Kemudian bisa terus ke Canduang, Makam Syaikh Sulaiman Arrasuli, terus ke Biaro, makam guru Syaikh Canduang yaitu Syaikh Abdusshamad Biaro. Dari Biaro terus ke Kamang Magek, yaitu makam Syaikh Yahya al-Khalidi Magek dan anaknya Syaikh Yunus Yahya Magek, tempatnya di bagian mihrah Surau Baru Magek. Kemudian terus ke MTI-YATI, makam Buya Mansur Dt. Nagari Basa. Terus ke Tarusan, makam Syaikh Arifin Jamil Tuanku Solok. Untuk tempat lain, yaitu Maninjau, dimulai dari Makam Syaikh Amrullah Tuanku Kisa’i di Sungai Batang (ayah dari Haji Rasul) kemudian bisa ke Bayur, ke makam Syaikh Muhammad Salim Bayur dan makam Buya Sulthani Dt. Rajo Dubalang, disebelah MTI Bayur, samping Mesjid Raya Bayur Maninjau.

Di Luak nan Bungsu, bisa di mulai dari Batu Tanyuah, simpang Batuhampar, yaitu makam Syaikh Muhammad Kanis Tuanku Tuah. Kemudian terus ke Batuhampar, mengunjungi makam Ashabul Gobah, yaitu enam syaikh besar di Batuhampar: (1) Maulana Syaikh Abdurrahman al-Khalidi Batuhampar, (2) Syaikh Arsyad Batuhampar [guru suluk Syaikh Canduang], (3) Syaikh Arifin Batuhampar, (4) Syaikh Ahmad Batuhampar, (5) Syaikh Darwisy Arsyadi Batuhampar, dan (6) Syaikh Dhamrah Arsyadi [salah seorang murid tertua Syaikh Canduang). Di samping gobah juga terdapat makam Syaikh Muhammad Jamil, ayah Moh. Hatta (Proklamator RI).

Dari Batuhampar, terdapat jalan, terus ke Belubus, yaitu makam Maulana Syaikh Mudo Abdul Qadim Belubus, sufi paling berpengaruh di Luak Limo Puluh. Kemudian terus ke Tobekgodang, makam Syaikh Abdul Wahid Tobekgodang di komplek MTI Tobekgodang. Jangan lupa juga singgah di makam Syaikh Muhammad Shaleh Padangkandih (ayah Syaikh Tobekgodang). Terus ke Mungka, ke makam Syaikhul Masyaikh Syaikh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka.

Dari Mungka, terus ke arah Kota Payakumbuh, yaitu makam Syaikh Mukhtar Ongku Lakuang di kompleks MTI Koto Panjang Lampasi. Kemudian ke Tiakar Payakumbuh, yaitu makam Syaikh Ibrahim Harun Tiakar Payakumbuh (guru dari alm. Syaikh Ringan Ringan). Dari Tiakar, terus ke Halaban, yaitu makam Ulama Tigo Luak, Syaikh Abdullah Baliau Halaban, di Tembok Halaban. Bila sudah di Payakumbuh, jangan melupakan makam Syaikh nan Tuo Taram, di kompleks Surau Tuo Taram. Beliau ialah teman Syaikh Abdurra’uf al-Fansuri ketika belajar dengan Syaikh Ahmad Qusyasyi di Madinah Munawwarah. Bila sudah di Taram, maka jangan lupakan juga makam Syaikh Addimin Arradji Taram, murid tertua Syaikh Candung. Bila kesempatan berjalan ke Harau, sebelum lembah Harau yang permai itu, terdapat surau dan makam Syaikh Mahmud Abdullah Tarantang, salah seorang ulama PERTI yang legendaris.

Demikian rute ziarah yang bisa ditempuh. Dan apa yang kita tulis ini hanya sebagian kecil tempat-tempat ulama yang dapat kita catat pada kesempatan ini.

Nah, selamat berziarah!