Akun Katolik Garis Lucu atau dikenal dengan @KatolikGL hendak memberikan kado natal untuk almarhum Banser Riyanto yang wafat 19 tahun lalu ketika mengamankan Gereja Ebenhaezer Mojokerto, Jawa Timur, dari ledakan bom yang hendak menyasar para jamaah yang sedang misa natal. Banser Riyanto mengorbankan dirinya demi negeri ini.
Gerakan berkirim ‘Kado’ untuk alamarhum Riyanto ini dilakukan oleh akun berfolower 80,6 ribu ini di twitter dan mendapatkan sambutan yang cukup meriah.Melalui platform berbagi kitabisa.com Katolik Garis Lucu mengajak publik untuk turut memberikan kado seraya mengenang jasa Riyanto dan mengingatkan kembali peristiwa yang terjadi tanggal 24 Desember tahun 2000 lalu, ketika seorang pemuda biasa dengan penuh cinta memberikan makna penting bagi keberagaman di Indonesia.
Kado-kado pun terus mengalir melaui donasi dan hingga tulisan ini dibuat (hari kedua dari 14 hari rencana kampanye) sudah terkumpul uang sebanyak Rp. 54.391.008 dan diprediksi terus bertambah di platform berbagi kitabisa.com tersebut.
“Di tengah ragam tantangan yang dihadapi Indonesia terkait kerukunan, persatuan sebagai satu bangsa, Katolik Garis Lucu mengenang almarhum Riyanto,” tutur @katolikG di plaftorm kitabisa.com
Kado Natal Buat Riyanto.
Yuk di moment natal kali ini kita sisihkan sedikit rejeki untuk membantu Keluarga Riyanto dan teman2nya.Pada tgl 24 Des 2000 Riyanto meninggal akibat bom yang dia gendong demi menyelamatkan jemaat gereja.
(RT Auto kami follow) https://t.co/LklxBBcSsQ
— Komunitas Katolik Garis Lucu (@KatolikG) December 9, 2019
Publik diajak mengingat peristiwa 24 Desember tahun 2000, Riyanto yang kala itu berusia 25 tahun ditugaskan menjaga Gereja Ebenhaezer Mojokerto, Jawa Timur, bersama keempat temannya. Riyanto adalah anggota Banser satuan koordinasi cabang Kabupaten Mojokerto. Sejak maraknya teror bom di Indonesia kala itu, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor memang menginstruksikan jajarannya untuk membantu polisi menjaga dan mengamankan perayaan Natal umat Kristiani.
“Pukul 20.30 WIB, kala ibadah baru saja dimulai, tiba-tiba ada yang menyampaikan kabar bahwa di depan pintu gereja ada bungkusan hitam yang mencurigakan. Mendengar hal itu, Riyanto dengan cepat dan sigap membuka bungkusan tersebut. Dan benar, isi kantong tersebut kabel dengan rangkaian yang memercikkan api. Mungkin saja Riyanto tahu itu adalah bom dan ia memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri. Namun ia memilih cara lain, mendekap bungkusan itu, berteriak agar seluruh jemaat tiarap sambil berlari menjauhi Gereja.
Ledakan keras dalam dekapan Riyanto. Tubuhnya terpental. Jari tangan dan wajah Riyanto hancur. Daya ledak yang kuat merobohkan pagar beton gereja. Riyanto mengorbankan diri untuk keselamatan umat yang sedang merayakan malam Natal. Oleh almarhum Gus Dur, Riyando telah menunjukkan diri sebagai pemeluk agama yang kaya nilai kemanusiaan,” tambahnya.
Katolik Garis Lucu ingin memberi kado bagi keluarga Riyanto dan keempat temannya yang kala itu bertugas. Mereka ini bukanlah sekadar patriot yang berjaga untuk gereja agar bisa beribadah dengan nyaman dan aman. Lebih dari itu, Riyanto adalah representasi Indonesia yang saling menjaga perdamaian di negeri ini, apa pun agamanya.
Jika ada yang masih bertanya, kenapa Banser menjaga gereja? Maka sebaiknya kita juga harus berefleksi, bagaimana jika kita sebagai umat Islam harus hidup sebagai minoritas di negara yang mayoritas non-muslim dan kita beribadah dengan rasa was-was karena pelbagai ancaman? Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap Islamophobia, teror dan lain-lain yang kerap menyasar kita sebagai muslim.
Di titik ini, yang dilakukan Banser dengan menjaga gereja menjadi relevansi. Tapi, bukan hanya gereja. Banser juga kerap menjaga tempat ibadah agama-agama lain guna memastikan semuanya aman dan nyaman. Ujungnya adalah perdamaian di negeri ini.
Bagi Banser, kegembiraan bisa muncul lewat cara sederhana seperti melihat senyum para jemaat yang beribadah dengan tenang di gereja, vihara, klenteng dan rumah ibadah lainnya. Bagi Banser, inilah perwujudan dari Islam Rahmatan Lil Alamin, anugerah bagi setiap insan manusia.
Banyak juga yang salah persepsi jika tugas Banser hanya menjaga gereja belaka. Anda bisa membuktikan sendiri dengan mendatangi pengajian-pengajian di daerah-daerah, maka akan dengan sangat mudah menemukan Banser menjaga pengajian-pengajian bahkan di level terkecil desa maupun RT. Tugas Banser adalah menjaga ulama, menjaga keutuhan negeri ini.
Riyanto adalah representasi Banser yang mengorbankan dirinya untuk perdamaian di negeri ini, untuk senantiasa menjahit persaudaraan antar Iman demi Indonesia yang lebih rukun dan damai.
“Di tengah tantangan yang terus dihadapi bangsa kita, kisah Riyanto seolah mengingatkan bahwa tugas kita sebagai manusia tidak luntur oleh perbedaan apapun. Perbedaan adalah kekayaan yang mewarnai hidup kita sebagai manusia Indonesia,” tutupnya.
Apa yang dilakukan oleh Katolik Garis Lucu adalah langkah-langkah kecil yang layak untuk kita ikuti. Dan, kita bisa menirunya melalui cara-cara sederhana yang kita mampu.