Juru Kunci Ka’bah Wafat, Begini Asal-usul Bani Shaiba Menjadi Penjaga Ka’bah Turun-temurun

Juru Kunci Ka’bah Wafat, Begini Asal-usul Bani Shaiba Menjadi Penjaga Ka’bah Turun-temurun

Salih al-Shaiba, juru kunci Ka’bah ke 109 wafat pada 22 Juni 2024. Bagaimana sejarah juru kunci Ka’bah?

Juru Kunci Ka’bah Wafat, Begini Asal-usul Bani Shaiba Menjadi Penjaga Ka’bah Turun-temurun
Juru kunci Ka’bah Syekh Saleh al-Shaiba wafat dan sejerah juru kunci Ka’bah.

Islami.co (Haji 2024) — Syekh Salih al-Shaiba, pemegang kunci Ka’bah yang ke 109 meninggal dunia (22/06). Ia merupakan generasi dari Utsman bin Thalha dari Bani Shaiba yang diberikan amanah oleh Rasul SAW untuk memegang kunci Ka’bah.

Jenazah Syekh Saleh al-Shaiba akan dimakamkan di pemakaman al-Muala dan disalatkan di masjidil haram. Berdasarkan laporan akun berita resmi pengelola Haramain, kelanjutan pemegang kunci Ka’bah akan diteruskan oleh generasi keluarga al-Shaiba, sebagaimana diamanatkan oleh Rasul SAW.

Sejarah Para Juru Kunci Ka’bah

Para pemegang kunci Ka’bah memiliki peran penting dalam menjaga dan merawat bangunan suci ini. Sejarah pemegang kunci Ka’bah telah berlangsung selama berabad-abad dan melibatkan berbagai suku serta tokoh penting dalam sejarah Islam.

Sebelum kedatangan Islam, Ka’bah telah menjadi tempat suci bagi suku-suku Arab. Pada masa itu, Ka’bah dijaga oleh berbagai suku yang tinggal di sekitar Mekkah. Suku Quraish, yang merupakan suku Nabi Muhammad SAW, mengambil alih penjagaan Ka’bah sekitar abad ke-5 Masehi.

Seorang tokoh penting dari suku Quraish yang dikenal sebagai penjaga Ka’bah adalah Qusay bin Kilab. Ia dianggap sebagai nenek moyang dari banyak pemimpin Quraish dan juga leluhur Nabi Muhammad SAW. Qusay bin Kilab adalah kakek moyang Rasul Saw yang mengorganisir kembali kota Mekkah dan membangun Ka’bah setelah sempat rusak.

Juru Kunci Ka’bah pada Masa Nabi Muhammad SAW

Pada masa Nabi Muhammad SAW, penjagaan Ka’bah menjadi hal yang sangat penting. Apalagi pasca Fathu Mekkah pada tahun 630 Masehi. Mengingat sebelumnya di sekitar Ka’bah terdapat banyak berhala. Oleh karena itu, ketika Ka’bah telah bersih dari berhala, Rasul menganggap bahwa bangunan peninggalan Nabi Ibrahim harus tetap bersih dari kesyirikan. Nabi pun mengambil alih Ka’bah.

Salah satu momen penting dalam sejarah pemegang kunci Ka’bah adalah ketika Nabi Muhammad SAW memberikan kunci Ka’bah kepada Utsman bin Thalhah dari Bani Shaiba, salah satu keluarga Quraish. Utsman bin Thalhah dan keluarganya dikenal sebagai penjaga Ka’bah yang setia dan dipercaya. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa kunci Ka’bah akan tetap berada di tangan Bani Shaiba hingga hari kiamat.

Perisitiwa ini tercatat dalam beberapa kitab babon sejarah Islam, al-Thabaqat al-Kubra misalnya, menyebut Utsman bin Thalhah sebagai orang yang dipasrahi kunci Ka’bah hingga anak turunnya.

أَنّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: خُذُوهَا يَا بَنِي أَبِي طَلْحَةَ خَالِدَةً تَالِدَةً لَا يَنْزِعُهَا مِنْكُمْ إِلَّا ظَالِمٌ

Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata kepada Abi Thalhah: Ambillah (kunci Ka’bah ini) wahai keluarga Abi Thalhah selamanya hingga turun temurun. Tidak ada yang akan merebutnya kecuali orang yang zalim.”

Selain dikutip beberapa kitab babon sejarah Islam. Sabda nabi ini juga dinukil oleh Imam an-Nawawi dalam al-Minhaj Syarh Sahih Muslim.

Masa Khalifah dan Dinasti

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kekhalifahan Islam meneruskan tradisi memberikan kehormatan kepada Bani Shaiba sebagai pemegang kunci Ka’bah. Pada masa Kekhalifahan Rasyidin, Umayyah, dan Abbasiyah, Bani Shaiba tetap menjadi penjaga Ka’bah. Bahkan pada masa Dinasti Abbasiyah, peran penjaga Ka’bah semakin diatur dan dicatat dalam berbagai dokumen resmi. Khalifah-khalifah pada masa itu sering memberikan hadiah dan penghargaan kepada para penjaga Ka’bah sebagai bentuk penghormatan dan dukungan.

Masa Kesultanan Ottoman

Pada masa Kesultanan Utsmaniyah, yang menguasai sebagian besar wilayah Arab, termasuk Mekkah, para sultan Utsmaniyah tetap menjaga tradisi ini. Mereka memberikan dukungan penuh kepada Bani Shaiba dan memastikan bahwa Ka’bah dirawat dengan baik. Sultan Utsmaniyah sering mengirimkan hadiah berharga dan perbaikan untuk Ka’bah, termasuk kain penutup (kiswah) yang dibuat khusus setiap tahunnya.

Pasca runtuhnya Kesultanan Ottoman dan Masa Modern

Setelah runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah dan berdirinya Kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1932, peran Bani Shaiba sebagai pemegang kunci Ka’bah tetap diakui. Raja-raja Saudi yang memerintah hingga saat ini terus menghormati tradisi ini. Pada setiap musim haji, upacara serah terima kunci Ka’bah tetap dilakukan dan melibatkan anggota keluarga Bani Shaiba. Pemerintah Saudi juga terus melakukan renovasi dan perawatan Ka’bah, bekerja sama dengan Bani Shaiba untuk memastikan bangunan suci ini tetap terjaga.

Peran pemegang kunci Ka’bah bukan hanya sekadar tanggung jawab fisik, tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam. Para pemegang kunci dianggap sebagai penjaga warisan suci dan sejarah Islam. Mereka memiliki tugas untuk memastikan Ka’bah tetap suci dan terawat, bebas dari segala bentuk penyimpangan dan kerusakan. Kunci Ka’bah sendiri dianggap sebagai simbol kekuasaan spiritual dan tanggung jawab besar yang harus dijaga dengan penuh integritas dan kehormatan.

Penjagaan Ka’bah oleh Bani Shaiba telah berlangsung selama lebih dari 1400 tahun dan tetap menjadi bagian penting dari tradisi Islam. Dengan dipasrahkannya kunci Ka’bah kepada keluarga tertentu untuk menjaga Ka’bah, kelestarian bangunan fisik tidak hanya terjaga tapi juga nilai-nilai spiritual dan sejarah yang terkandung di dalamnya semakin lestari.

(AN)