Hidup untuk para elit sekarang semakin gampang. Anda tidak dengar lagi ada koruptor yang tertangkap bukan? Persatuan para elit semakin erat. Mereka bahu membahu. Sesungguhnya merekalah yang paling konsisten mengamalkan jati diri Indonesia: Gotong Royong!
Lihatlah betapa rajin mereka membangun persatuan. Kalau Anda adalah bagian dari elit, hidup Anda bertambah baik. Kekayaan bertambah. Kekuasaan terbagi dengan baik dan merata.
Semua dapat bagian. Tidak ada lagi pencuri kekayaan negara atau milik publik. Kok bisa? Ya bisa saja. Caranya gampang. Legalkan dan halalkan saja pencurian itu.
Kalaupun ada yang tertangkap, itu hanya sial saja. Mungkin dia mengambil terlalu banyak. Atau, kurang berbagi. Orang yang tidak ikut gotong royong (dalam menggangsir kekayaan negara) tentu pantasnya masuk penjara bukan? Tapi tidak perlu lama-lama.
Saya memforward berita bertuliskan korupsi 477 Miliar dan cuma dibui 2 tahun ini ke seorang manajer bank. Saya tahu, gajinya lebih dari cukup untuk hidup di Indonesia. “Ya Allah,” katanya. “Bahkan untuk orang seperti saya perlu waktu 880 tahun untuk mengumpulkan uang sebanyak itu!” Delapan abad! Delapan abad yang lampau, VOC belum datang! Majapahit baru beranjak mengukuhkan diri sebagai kekuatan di Nusantara.
Kalau Anda hidup di Jakarta dengan upah minimum (IDR 4,2 juta lebih dikit) maka perlu waktu 9.314 tahun untuk mengumpulkan uang sebanyak ini. Eh, Yesus lahir dua ribu tahun lalu, kan?
Bagaimana dengan Yogyakarta? Ini adalah kota yang adem tentrem yang penduduknya nggak butuh gaji banyak (hanya IDR 2 juta empat ribu saja UMR di wilayah itu!). Barangkali nggak jadi persoalan kalau seorang penerima UMR di Jogja perlu waktu 19.835 tahun untuk mengumpulkan uang yang dikorupsi ini. Waktu sepanjang itu cukuplah untuk membawa kita kembali ke jaman Dinosaurus.
Begitulah Sodara-sodara. Para elit kita, para pemimpin kita, sangat bersatu padu. Mereka saling mengerti. Merekalah yang paling menerapkan Pancasila dengan paling konsekuen. Mereka paling rajin berdoa. Mereka paling rajin menyantuni anak yatim dan bersedekah. Mereka bersatu untuk menguntungkan diri mereka sendiri dan bermusyarawah serta bermufakat untuk mengkadali seluruh negeri. Dan tentu, mereka jualah yang paling mendapat keadilan karena tidak bisa disentuh oleh hukum apapun.
Jika demikian halnya, siapakah kita ini? Oh, kita hanya ternak bukan?