Jika tiga generasi awal Islam adalah generasi terbaik, apakah generasi yang jauh dengan tiga generasi awal tersebut bukan generasi terbaik?
Pertanyaan di atas mungkin akan jadi pertanyaan kita semua yang hidup di zaman sekarang, terkhusus untuk orang-orang yang sering mendengar hadis nabi berikut:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Artinya, “Manusia terbaik adalah manusia yang hidup pada masaku (Nabi Saw), kemudian generasi setelahnya, setelah itu generasi berikutnya.” (H.R al-Bukhari)
Apalagi hadis di atas beberapa kali dijadikan landasan untuk menilai suatu amalan generasi zaman sekarang sebagai amalan yang bidah, karena tidak dilakukan pada masa nabi dan para sahabatnya.
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dalam Khashaish al-Ummah al-Muhammadiyah menjelaskan bahwa yang dimaksud tiga generasi di atas adalah generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Generasi sahabat diakhiri oleh masa Abu al-Thufail, yakni sekitar 120an tahun. Sedangkan setelahnya tergolong generasi tabiin. Masa tabiin ini berjalan sekitar 70-80an tahun jika dihitung daru tahun ke-100 setelah nabi diangkat menjadi nabi. Sedangkan masa setelahnya adalah masa tabi’it tabi’in.
Lalu, apakah manusia terbaik hanya pada masa tersebut saja?
Sayyid Muhammad menyebutkan bahwa dalam hadis nabi lain disebutkan bahwa umat nabi yang termasuk dalam generasi akhir juga bisa disebut sebagai generasi yang utama. Hal ini didasarkan pada sebuah hadis riwayat Umar bin Khattab berikut:
Suatu hari, Nabi Muhammad SAW sedang bercengkerama bersama sahabatnya. Nabi SAW kemudian melempar pertanyaan, “Tahukah kalian, siapakah orang yang imannya paling utama?”. Para sahabat kemudian menjawab, “Para malaikat, ya Rasul.” Jawaban itu dikoreksi oleh Nabi. Menurut Nabi, para malaikat memang makhluk yang paling utama karena mereka memang telah disiapkan oleh Allah posisi yang mulia. Bukan itu yang diharapkan oleh nabi. Para sahabat kemudian menebak dengan jawaban lain. Ada yang menebak “para rasul”, namun tetap salah. Nabi menghendaki jawaban lain.
Nabi kemudian berkata, “Mereka adalah kaum yang hidup jauh setelahku, melewati berbagai generasi, namun mereka beriman kepadaku meskipun mereka tidak pernah bertemu denganku. Mereka mengamalkan ayat-ayat dan kertas-kertas yang mereka miliki. Merekalah orang yang memiliki keimanan paling utama di antara orang-orang beriman.”
عَنْ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : ” كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( أَتَدْرُونَ أَيُّ أَهْلِ الْإِيمَانِ أَفْضَلُ إِيمَانًا ؟ ) ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْمَلَائِكَةُ ؟ ، قَالَ : (هُمْ كَذَلِكَ وَيَحِقُّ ذَلِكَ لَهُمْ وَمَا يَمْنَعُهُمْ وَقَدْ أَنْزَلَهُمُ اللَّهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي أَنْزَلَهُمْ بِهَا، بَلْ غَيْرُهُم ) ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَالْأَنْبِيَاءُ الَّذِينَ أَكْرَمَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى بِالنُّبُوَّةِ وَالرِّسَالَةِ ؟ ، قَالَ : ( هُمْ كَذَلِكَ وَيَحِقُّ لَهُمْ ذَلِكَ وَمَا يَمْنَعُهُمْ وَقَدْ أَنْزَلَهُمُ اللَّهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي أَنْزَلَهُمْ بِهَا ، بَلْ غَيْرُهُمْ ) ، قَالَ: قُلْنَا: فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ: ( أَقْوَامٌ يَأْتُونَ مِنْ بَعْدِي فِي أَصْلَابِ الرِّجَالِ فَيُؤْمِنُونَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِي وَيَجِدُونَ الْوَرَقَ الْمُعَلَّقَ فَيَعْمَلُونَ بِمَا فِيهِ فَهَؤُلَاءِ أَفْضَلُ أَهْلِ الْإِيمَانِ إِيمَانًا )
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadraknya. Hadis ini disebut sebagai hadis sahih, meskipun tidak diriwayatkan oleh al-Bukhari maupun Muslim.
Dari hadis di atas bisa kita fahami bahwa umat-umat Nabi yang hidup jauh setelah nabi, bahkan jauh setelah generasi terbaik yang disebut sebelumnya, jika bisa digolongkan sebagai orang beriman yang paling utama. Mengapa demikian? Karena mereka bisa percaya dengan nabi dan ajaran-ajaran yang dibawanya meskipun sama sekali tidak pernah bertemu dengannya.
Dalam riwayat lain juga disebutkan, suatu hari sahabat Abu Ubaidah bin al-Jarrah RA bertanya kepada nabi. “Wahai Nabi, adakah orang yang paling utama di antara kita, yang berislam dan berjihad bersamamu?” Nabi lalu menjawab, “Mereka adalah orang yang hidup setelah kalian, dan beriman kepadaku meski mereka tidak pernah melihatku.”
يا رَسولَ اللَّهِ، أحدٌ خَيرٌ منَّا، أسلَمنا معَكَ وجاهَدنا معَكَ ؟ قالَ : نعَم، قَومٌ يَكونونَ مِن بعدِكُم يؤمِنونَ بي ولم يَرَوني .
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam al-Thabrani dan disahihkan oleh al-Hakim.
Dari berbagai penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa setiap umat Nabi Muhammad SAW memiliki keutamaan tersendiri. Baik generasi awal maupun generasi akhir yang hidupnya jauh dari masa nabi. Jika generasi awal mereka disebut utama karena bisa bertemu langsung dan beriman kepada nabi, sedangkan generasi akhir disebut kelompok utama karena tetap beriman meskipun tidak pernah melihat nabi. (AN)
Wallahu a’lam.