Disadari atau tidak manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Akan selalu ada kondisi yang membutuhkan bantuan atau sekedar berinteraksi dengan orang lain. Hubungan yang dijalani pun beragam, mulai dari keluarga, pasangan, pertemanan, maupun rekan kerja. Akan tetapi, tidak semua hubungan yang dijalani manusia merupakan hubungan yang sehat.
Hubungan kekasih –pacaran– misalnya, beberapa dari kamu tidak menyadari potensi “toxic” dalam hubungan yang kamu jalani. Istilah toxic merujuk pada hubungan yang ditandai dengan perilaku-perilaku “beracun” yang merusak fisik maupun emosional diri sendiri maupun pasangan. Jika dalam hubungan yang sehat didominasi relasi kesalingan, saling menghormati, saling sayang dan saling menerima, maka toxic relationship adalah kebalikannya.
Seperti dilansir dari Health Scope, hubungan dalam toxic relationship didominasi oleh perasaan tidak aman, egois, dan keinginan untuk memegang kendali. Kondisi ini tidak dapat diremehkan, karena dapat menyebabkan resiko serius bagi pasangan yang terlibat.
Oleh sebab itu mari kita kenali bersama ciri-cirinya. Kekerasan emosional: di mana pasangan kita menyakiti emotional atau mental kita melalui verbal atau kata-kata, seperti mengancam, meremehkan, mencaci maki, perasaan cemburu yang berlebihan bahkan membatasi aktivitas pasangan. Kekerasan fisik : memukul, menendang, menjambak, mencakar, ngeludah, mendorong, dan melempar barang ke pasangan dan masih banyak lagi yang tujuannya menyakiti fisik kita. Dan kekerasan seksual: seperti paksaan untuk melakukan hubungan seksual.
Kebanyakan korban kekerasan dalam hubungan seperti ini adalah perempuan. Namun tidak bisa dipungkiri laki-laki juga bisa jadi korban, artinya bentuk kekerasan tidak cuman dilakukan cowok ke cewenya saja, tapi juga cewek ke cowoknya. Contoh kasus, aktris Kesha Ratulia yang membagikan kisahnya tentang toxic relationship dalam unggahannya di instagram story. Ia menyebutkan bahwa ia mengalami kekerasan verbal maupun fisik dari mantan kekasihnya, dipukul, diinjek lehernya , diludahin, sampai dikatain perempuan murahan.
Hal serupa pernah terjadi pada teman cewek saya, dia curhat kalau dia bertengkar dengan cowoknya dia sampai kena tampar, lalu si cowo minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya, tapi terulang lagi. Juga terjadi pada teman cowok saya dimana pasangannya –ceweknya– terlalu posesif sampai membatasi pergaulannya.
Kamu mungkin salah satu yang membangun hubungan menjadi hubungan yang seperti itu. Tak sadar sudah terikat dalam toxic relationship dengan alasan masih sayang, sudah terlanjut nyaman, dan takut kehilangan. Atau bahkan sudah susah lepas, ketika pasanganmu selalu menginginkan menuruti kemauannya dan tidak ada bantahan di dalamnya, semua ucapannya bagai benar adanya, mutlak, tidak terbantahkan. Mereka bersikap seolah mempertahankan sesuatu yang mereka percaya akan tetap bagus hasilnya.
Padahal kalau kamu ragu setiap saat, tidak pernah merasa nyaman, dan merasa ada sesuatu yang salah, berarti hati kamu bilang “akhiri”
Dalam islam memang tidak mengenal istilah pacaran. Laki-laki dan perempuan di anugerahkan untuk saling kenal-mengenal bukan untuk pacaran. Dalam Al-qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Namun jika seseorang sudah terjebak dalam toxic relationship, penting untuk kita berefleksi diri, rangkul mereka, berhenti menghakimi dan berikan pemahaman bahwa : Membiarkan dirimu terjebak dalam toxic relationship bukanlah sebuah keputusan yang bijak dalam menjalani kehidupan, itu sama saja seperti melupakan untuk menyayangi dirimu sendiri. Memutuskan hubungan memang bentuk siksaan lain bagi pasangan kekasih yang ingin saling melepaskan atau salah satunya saja yang ingin terlepas. Tapi, beranilah untuk memutuskan hubungan yang sudah tidak lagi sehat itu.