كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ….
… kam min fiatin qalilatin ghalabat fiatan katsiratan biidznillah…(Q.S. Al-Baqarah: 249).
Kutukan untuk sang juara itu seakan benar adanya. Setelah Perancis, Italia, dan Spanyol, kini Jerman yang harus mengalami mitos yang tak dialami oleh Brazil. Sejak tahun 1998, juara piala dunia selalu tak berhasil lolos dari fase grup, kecuali Brazil yang juga hanya sampai pada perempat final pada gelaran berikutnya, 2006.
Jerman tidak senasib dengan Argentina yang meraih peringkat kedua grup setelah mengalahkan Nigeria. Perjalanan awalnya hampir sama, tertatih-tatih. Setelah kalah dari Kroasia, Messi cs ditahan imbang oleh Islandia.
Namun, hal serupa tidak dialami oleh Jerman. Setelah di laga perdananya harus mengakui kehebatan Meksiiko, ia berhasil bangkit dengan menaklukkan Swedia dengan skor tipis, 2-1. Tapi di laga penentuan, pil pahit itu harus ditelan oleh tim asuhan Joachim Loew. Neuer mesti dua kali memungut bola dari gawangnya pada penghujung pertandingan melawan Korea Selatan.
Negeri ginseng itu senang bukan kepalang. Meski pada akhirnya ia tak lolos dari fase grup karena harus menduduki posisi ketiga setelah Meksiko, setidaknya dendam mereka pada saat mereka menjadi tuan rumah itu dibayar tuntas. Adalah Michael Ballack yang berhasil menghentikan langkah Park Ji Sung dan kawan-kawan menuju laga final Piala Dunia 2002.
Tim panzer yang dihuni oleh pemain bintang bisa tunduk tanpa gol balasan oleh Korea yang tak banyak pemain bersinarnya. Sebagai juara, ada beban berat yang harus ditanggungnya. Selain itu, perasaan menjadi tim besar juga menghantui sehingga yang muncul adalah kekhawatiran lalu permainan pun menjadi goyah.
Lihat saja bagaimana Neuer, penjaga gawang Jerman, terpancing untuk maju. Alih-alih membantu serangan, pertahanan justru melompong. Son Heung Min pun dengan mudahnya mencebloskan bola setelah lari sekuat tenaga dari tengah lapangan pada menit 90+6.
Jerman seakan tak sabar untuk segera lepas dari jerat ketertinggalan. Ketidaksabaran itu justru berbuntut pada pungutan bola kedua dari gawangnya.
Saya jadi ingat penggalan ayat 249 surat Al-Baqarah, kam min fiatin qalilatin ghalabat fiatan katsiratan biidzni llah, wallahu ma’a sshabirin. Banyak dari kelompok remeh mampu mengalahkan kelompok elit atas izin Allah, dan Allah menyertai orang-orang sabar.
Korea memang tak bertabur bintang. Tetapi keberuntungan sedang menghinggapinya. Jerman memang tim besar. Tetapi dewi fortuna tidak sedang tidak memihaknya.
Namun bukan sekadar itu. Ada yang perlu dibenahi dari dalam diri Jerman. Mereka harus melihat ke dalam diri mereka. Sebab, seperti kata Nabi, bahwa perang yang sesungguhnya adalah melawan diri sendiri. Kekuatan tim asuhan Shin Tae-yong mungkin memang tak seberapa dibanding Ozil dkk. Akan tetapi, penyakit yang muncul dalam diri pemain Jerman sesungguhnya menjadi biang yang menyebabkan semua harapan sirna.
*Selengkapnya, klik di sini