Liga Champions 2021/2022 melukiskan cerita menarik ketika Real Madrid berhasil melakukan beberapa comeback untuk menuju putaran Final. Dan, itu adalah berkat penyerang Real Madrid berkebangsaan Prancis, Karim Benzema. Ia menjadi pahlawan Real Madrid saat mengalahkan Manchester City secara dramatis dalam laga leg II semifinal Liga Champions 2021-2022 di Santiago Bernabeu, yang sekaligus memastikan langkah Real Madrid ke Final Liga Champions musim ini. Tak heran, performanya memang sangat menawan musim ini.
Benzema lahir dari keluarga Muslim Aljazair yang bermigrasi keLyon, Prancis. Orang tua menjadi sosok penting yang menanamkan nilai-nilai Islam sebagai lentera kehidupan bagi Karim Benzema. Seperti yang dikutip oleh Vogue, Benzema mengatakan, “Keluarga adalah inspirasi saya. Nilai dan moral yang diberikan orang tua membantu saya tetap menjadi diri sendiri. Agama [Islam] juga membantu saya fokus setiap hari. Ini menguntungkan dan menguatkan saya karena keluarga juga segalanya.”
Dilansir dari CNN Indonesia, Karim Benzema adalah satu dari segelintir pesepakbola yang terang-terangan menunjukkan identitasnya sebagai Muslim atau pemeluk agama Islam. Dalam beberapa kesempatan, dirinya sempat menghadiri undangan sebuah acara bernuansa Islami. Ia, misalnya, mengikuti buka puasa bersama di Istanbul pada 2017 yang diadakan oleh pemerintah kota Istanbul untuk mengumpulkan umat Islam dari berbagai latar belakang selama bulan Ramadhan. Benzema juga tak ragu memamerkan ritual-ritual keagamaannya di media sosial, misalnya ketika ia melakukan ibadah umroh pada 2016.
Media sosial digunakan Benzema untuk menunjukkan identitas Islamnya. Setidaknya, ada dua pesan utama yang hendak ditunjukkan Benzema lewat aktifitasnya itu. Pertama, bahwa kehidupan sekuler di Eropa tidak mempengaruhi idealisme sebagai Muslim yang taat. Memang, menjadi Muslim merupakan sebuah tantangan tersendiri di benua biru. Seorang Muslim tetap bisa bertahan dengan identitasnya, atau justru tenggelam dalam arus sekularisme di sekitarnya.
Tantangan ini dirasakan Benzema ketika tidak dimasukkan dalam squad Tim Nasional Prancis pada gelaran Euro 2016. Padahal di tahun itu, ia sedang gacor bersama Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale ketika memenangkan gelar Liga Champions 2015/2016. Didepaknya Benzema dari Timnas memunculkan banyak spekulasi, terkait isu Islamophobia di Prancis. Namun, akhirnya Benzema membuat pernyataan.
“Didier Deschamps telah menyerah pada tekanan rasial di Prancis” ucap Benzema dikutip dari Goal. Sumber yang sama mengatakan bahwa alasan di balik dugaan islamophobia Benzema itu tidak beralasan, karena Deschamps, pelatih Timnas Prancis kala itu, masih memanggil Adil Rami yang notabene memiliki latar belakang yang sama dengan Benzema, keturunan Muslim Afrika Utara.
Islam memiliki ajaran-ajaran yang pakem. Misalnya adalah kewajiban rutinitas ibadah, melarang judi, dan minum-minuman keras yang memabukkan. Dalam kasus minuman beralkohol misalnya, Real Madrid merupakan klub tersukses di Eropa paling tidak untuk satu dekade terakhir. Kesuksesan Real Madrid memenangkan gelar secara otomatis meniscayakan satu ritual penting bagi klub-klub Eropa, yaitu pesta sampanye ketika selebrasi. Ini juga yang salah satunya menjadi tantangan bagi Karim Benzema sebagai Muslim yang taat Eropa.
Momen lain yang ada kaitannya dengan botol sampanye adalah ketika penganugerahan predikat Man of The Match. Dalam tradisi sepak bola Eropa, pemain yang mendapat predikat tersebut akan diberi hadiah satu botol sampanye. Dalam gelaran Euro 2020, Benzema merupakan merupakan Man of the Match pada laga Portugal vs Prancis yang berakhir imbang 2-2. Menariknya, tidak ada botol sampanye, bahkan hingga sesi konferensi pers pun. Hal ini sangat relevan dengan pesan Benzema bahwa model dan tradisi Eropa yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam tidak akan mengganggu prinsip Islam Benzema sebagai laku hidup.
Pesan kedua adalah bahwa bahwa Islam bukan hanya tentang relasi seorang manusia dengan Tuhan, melainkan tentang hubungan antar manusia di dunia. Sikap ini ia tunjukkan dalam wujud profesionalismenya dalam sepak bola. Ketika ia menjalani puasa ramadhan misalnya, ia tidak kemudian berdiam diri dengan terus beribadah, namun tetap melakukan yang terbaik bagi timnya.
Pada Ramadhan bulan lalu, Benzema tetap bermain untuk Real Madrid di ajang Liga Champions. Ia bahkan sukses mencetak hattrick ke gawang Chelsea di leg pertama babak perempat final Liga Champions, Kamis (7/4) lalu. Menariknya, 13 menit sebelum kick-off laga tersebut, Benzema dikabarkan berbuka puasa. Setelah trigol ke gawang Chelsea, Benzema meloloskan Madrid ke semifinal Liga Champions lewat gol telat pada menit injury time.
“Tidak ada efek. Ramadan adalah bagian dari kehidupan saya dan agama saya menjadikan Ramadan sebagai kewajiban,” tutur Benzema dikutip The Sun.
“Bagi saya, puasa Ramadan sangat penting. Saya juga merasa bagus ketika sedang berpuasa,” tambahnya.
Benzema merupakan satu figur Muslim yang membawa pesan Islam rahmatan lil alamin. Islam bisa berkontribusi di manapun dalam aspek apapun tanpa mengurangi esensi agama sedikitpun. Pada kenyataannya, identitas Islam bisa masuk secara kuat dalam dunia sepak bola Eropa lewat Karim Benzema. Benzema juga menyiratkan bahwa Muslim Eropa tidak perlu gentar menghadapi tantangan dunia sekuler. Selama umat Islam memiliki prinsip yang kuat di hati, maka ia akan kuat menjalani hidup di tengah kondisi apapun. Itulah yang ada dalam diri Benzema.