Bisa gak sih, orang yang senantiasa bersikap baik tanpa sadar berubah menjadi buruk? Padahal ia tidak meninggalkan sikap baiknya. Ya, orang yang baik hati serta gemar menolong adalah orang baik yang perlu dijadikan teladan. Tapi, bila ia sudah mulai mengungkit-ungkit kebaikannya, tanpa ia sadari ia sudah menjadi orang buruk, alias berakhlak buruk. Padahal ia tak pernah berhenti bersikap baik hati serta gemar menolong.
Begitulah sifat manusia. Kadang sifat yang sebenarnya baik, bisa menjadi buruk sebab berlebihan atau kehilangan sisi baiknya. Memiliki watak pemberani memang baik. Tapi, bila keberanian itu digunakan untuk menyakiti orang yang tidak bersalah, maka menjadi buruk. Bersolek dengan baik memang baik karena dapat menyenangkan hati orang yang melihat. Tapi, bila bersolek untuk memamerkan apa yang dimiliki orang lain, maka itu akan menjadi buruk.
Terkait hal di atas, Imam al-Suyuthi meriwayatkan sebuah hadis dhaif yang maknanya layak untuk diamalkan. Hadis tersebut juga diriwayatkan di antaranya oleh Imam al-Baihaqi dan ad-Dailami. Hadis tersebut berbunyi:
آفة الظُّرْف الصَّلَف وآفة الشجاعة البَغْى وآفة السماحة المَنّ وآفة الجمال الخيلاء وآفة العبادة الفَتْرة وآفة الحديث الكذب وآفة العلم النسيان وآفة الحِلْم السَّفَه وآفة الحَسَب الفخر وآفة الجود السَّرَف
Gangguan dalam sifat cerdas adalah sikap angkuh, gangguan dalam sifat pemberani adalah sikap jahat, gangguan dalam sikap murah hati adalah sikap suka mengungkit-ungkit, gangguan dalam sifat bagus adalah pamer, gangguan dalam ibadah adalah sikap malas, gangguan dalam bicara adalah bohong, gangguan dalam ilmu adalah lupa, gangguan dalam sifat bijaksana adalah sikap dungu, gangguan dalam mempunyai nasab adalah sikap terlalu membangga-banggakan nasab dan gangguan dalam sifat dermawan adalah sikap berlebihan mengeluarkan harta.
Ada beberapa hal yang disampaikan dalam hadis di atas:
Pertama, pembawaan orang yang memiliki kecerdasan atau dapat berpikir lebih cepat dari yang lain adalah sikap angkuh. Tidak ingin diatur atau didekte oleh orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki kemampuan apapun didorong untuk memiliki sikap rendah hati. Menghargai orang lain dan selalu ingat bahwa kelebihan adalah pemberian Allah ta’ala.
Kedua, sama dengan orang yang cerdas, orang yang memiliki sikap pemberani kadang memiliki sikap buruk kurang menghargai orang lain. Pembawaan orang yang pemberani adalah suka tantangan dan tidak perduli dengan hal yang biasa-biasa saja. Bahkan, tatkala tidak memiliki kesibukan, kadang cenderung mencari-cari masalah. Sampai diri menerima kepuasan.
Ketiga, orang yang murah hati memiliki kebaikan berupa ia tidak enggan menshadaqahkan hartanya. Tapi, kadang orang yang dermawan memiliki sikap buruk gemar mengungkit-ungkit pemberiannya. Rasulullah memperingatkan agar orang yang dermawan tidak seperti itu.
Keempat, memiliki rupa yang cantik atau tampan, atau dapat bersolek dengan baik, mungkin idaman banyak orang. Tapi, sisi buruk dari hal-hal yang indah adanya keinginan pemiliknya untuk pamer. Ini yang perlu diperhatikan.
Kelima, gangguan orang yang beribadah adalah sikap bosan serta malas. Rasa bosan serta malas membuat orang yang beribadah kehilangan konsentraasinya atau kekhusyuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, dianjurkan beribadah dengan semangat atau mencari cara agar beribadah dengan sikap semangat.
Selain sikap-sikap di atas, juga diperingatkan agar menjahui sifat berbohong, tidak rajin merawat ilmu, dungu, terlalu membangga-banggakan nasab, serta sikap berlebihan atau ceroboh dalam mengeluarkan harta.
Usai mengulas hadis di atas, Imam al-Munawi dalam Faidul Qadir berkomentar bahwa tujuan menyebutkan hal-hal semacam itu adalah mendorong untuk menjahui akhlak-akhlak tercela tersebut. Dan peringatan bahwa setiap akhlak yang baik memiliki hal tercela yang lahir dari sisi buruk watak manusia. Manusia perlu menghindari hal tersebut.