Saat ia selesai membaca QS Alhujarat ayat 13 dan mengatakan kalimat ini, ratusan peserta bertempik sorak. “Saya memaknai ini sebagai ayat hubungan internasional,” katanya dalam Worskhop Nasional yang digelar Kementerian Agama di Jakarta minggu lalu.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Bacaan pria ini fasih dan pelafalan makharijul hurufnya baik. Jika IELTS, saya duga mendapat nilai 7 atau 7.5.
Peserta adalah para Kepala Kantor Wilayah Kemenag, anggota FKUB, tokoh agama lintas iman. Mereka yang jarang-jarang mendengar pejabat yang berpidato dengan bacaan al-Quran yang bagus sepertinya merasa senang. Saya lihat mereka serius menyimak.
Mereka mungkin saja beranggapan jika jabatan lelaki ini sebagai Wakil Menteri Luar Negeri kurang lazim di pegang alumni perguruan tingga Islam. Biasanya diplomat dari UI, UGM, atau kampus-kampus yang tak bau-bau agama.
Saya termasuk peserta yang kaget. Dengan cepat saya cari profilnya lewat pihak yang maha mengetahui: Google. Namanya, Abdurrahman Mohammad Fachir. Tak salah lagi! Rupanya lulusan IAIN. Tepatnya IAIN Ciputat.
Pada 1978, ia mahasiwa baru strata satu di Fakultas Sastra dan Bahasa Arab. Ini pasti dulunya Fakultas Adab. Di ujung masa kuliah, ia menulis skripsi berjudul “Taatstsur al-Natsr al-Hadits bi al-Harakat al-Wathoniyyah fi Mishra” (Terpengaruhnya Prosa Modern oleh Gerakan Nasionalisme di Mesir). Ditulis dalam bahasa Arab.
Saya ingat teman saya Subhi Azhari yang skripsinya juga ditulis dalam bahasa Arab. Ia alumni Fakultas Hukum -menurut UIN sekarang dan dulunya pasti Fakultas Syariah. Beberapa kali ia melempar guyon ke saya.
“Kalau saya baca sekarang skripsi itu, saya kadang nggak paham juga,” kelakarnya.
Fachir yang lahir di Banjarmasin nyantri di Pesantren Wali Songo Ngabar dan Pondok Modern Darussalam Gontor. Pernah menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Republik Arab Mesir (2007–2011) dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Kerajaan Arab Saudi (Maret-Oktober) 2014.
Pesan moral dari semua cerita ini adalah janganlah terlalu meremehkan lulusan IAIN atau UIN. Memilih Fakultas Adab bisa juga jadi Menlu. Teman saya di Lombok, kuliah Akhwal Asy-Syakhsiyyah bisa juga ahli anggaran.