Berkumpul dan berbincang-bincang menjadi kegemaran banyak orang, terutama bagi para kaum wanita. Saat berkumpul dan bersosialisasi dengan kawan ataupun sahabat, biasanya para wanita saling berkeluh kesah dan mengeluarkan berbagai macam curhatan. Tak jarang mereka pun terkadang membicarakan orang lain, entah membicarakan hal-hal yang baik maupun hal-hal yang buruk tentang orang lain. Dalam Islam, perbuatan menggunjing keburukan-keburukan yang dimiliki oleh orang lain disebut sebagai ghibah.
Ghibah sesungguhnya tergolong sebagai salah satu dosa besar yang hendaknya dihindari oleh umat Islam. Bahkan Allah sangat mencela perilaku ghibah dan menggambarkan perbuatan ghibah sebagai perbuatan yang sangat menjijikan. Allah menjelaskan hal tersebut dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 12.
Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al Hujurat : 12)
Sedangkan dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kalian apa itu ghibah?”, Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, umat Islam hendaknya menghindari ghibah dan berusaha menutupi aib orang lain. Pasalnya, menutupi aib orang lain rupanya memiliki berbagai keutamaan. Pertama, dengan menutupi aib orang lain maka Allah pun akan menutupi aibnya di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.” (HR. Ibnu Majah)
Kemudian yang kedua, jika seseorang mampu menutupi aib orang lain maka Allah pun akan menutupi aibnya di dunia ini. Rasulullah SAW pun bersabda, “Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya.” (HR. Tirmidzi)
Selanjutnya yang ketiga, menutupi aib orang lain keutamaannya seperti halnya menghidupkan bayi yang dikuburkan hidup-hidup. Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis seperti berikut ini, “Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup.” (HR. Abu Daud)
Demikianlah tiga keutamaan-keutamaan apabila umat Islam sanggup menutupi aib dan keburukan-keburukan orang lain. Pertama yaitu Allah akan menutupi aibnya di akhirat kelak. Kedua, Allah juga akan menutupi aib-aibnya selama di dunia. Kemudian ketiga, menutupi aib orang lain keutamaannya seperti halnya menghidupkan bayi yang dikuburkan hidup-hidup. Wallahu a’lam.