Seiring dengan kemudahan berinteraksi di era digital saat ini, muncul fenomena komentar dari orang-orang yang tidak memahami konteks atau isu yang sedang dibahas. Komentar sembrono, provokatif, dan sering kali penuh kebodohan dapat mengganggu diskusi yang sehat dan produktif. Dalam suasana seperti ini, penting bagi kita untuk memahami bagaimana seharusnya bersikap, terutama ketika berhadapan dengan individu-individu yang kurang bijaksana dalam memberikan pendapat.
Tidak Menggubris Orang Bodoh: Pelajaran dari Al-Adzkar an-Nawawi
Dalam al-Adzkar an-Nawawi, terdapat pembahasan mendalam mengenai sikap kita terhadap orang-orang yang jahil yang bahwa menghadapi orang yang tidak berpengetahuan membutuhkan strategi dan kebijaksanaan.
Salah satu pesan penting yang diambil dari Al-Qur’an adalah dari Surah Al-A’raf (7:199),
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.
Dalam ayat ini, Allah mendorong kita untuk memilih yang baik dan menghindar dari pertikaian yang tidak berguna. Sikap ini sangat relevan di dunia media sosial, di mana provokasi dan komentar yang tidak bermanfaat sering kali muncul.
Ayat lain yang juga memberikan panduan adalah dari Surah Al-Qasas (28:55),
وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَقَالُوْا لَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْۖ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْۖ لَا نَبْتَغِى الْجٰهِلِيْنَ
Apabila mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu), kami tidak ingin (bergaul dengan) orang-orang bodoh.”
Ayat ini mengajarkan kita untuk menjaga jarak dari ucapan yang tidak bermanfaat dan menegaskan bahwa kita tidak perlu terlibat dalam diskusi yang tidak produktif. Dengan mempraktikkan sikap ini, kita dapat melindungi diri dari pengaruh negatif dan tetap fokus pada hal-hal yang lebih bermakna.
Dalam satu peristiwa, ketika seorang pemimpin suku yang bernama Uyaynah bin Hisn mengkritik Umar dengan keras, Umar merasa marah. Namun, salah satu sahabatnya, Al-Hurr bin Qais, mengingatkan Umar akan ayat dari Al-Qur’an:
“Ambillah apa yang mudah dan perintahkanlah kepada yang baik, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh” (QS. Al-A’raf: 199).
Umar pun menahan emosinya dan mengikuti nasihat tersebut, menunjukkan bahwa meskipun berada dalam posisi kekuasaan, seorang pemimpin harus tetap rendah hati dan siap menerima kritik, serta tidak membalas dengan kebencian (Ibn Kathir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, Jilid 7, hal. 90).
Lalu bagaimana ciri komentar orang ‘bodoh’ di media sosial?
Ciri-ciri orang “bodoh” di media sosial dapat dilihat dari beberapa aspek perilaku dan pola komunikasi mereka. Berikut adalah beberapa ciri yang umum ditemui:
1. Komentar Tanpa Dasar
Orang yang sering memberikan komentar sembrono cenderung tidak memberikan argumen atau fakta yang kuat. Mereka sering kali menyampaikan pendapat tanpa melakukan penelitian atau memahami konteks.
2. Provokasi dan Sensasionalisme
Mereka sering menggunakan kata-kata yang provokatif atau emosional untuk menarik perhatian, tanpa memperhatikan kebenaran informasi. Komentar semacam ini sering kali bertujuan untuk memicu konflik atau perdebatan.
3. Mengabaikan Etika Diskusi
Orang-orang ini seringkali tidak menghormati lawan bicara. Mereka dapat menggunakan kata-kata kasar, menghina, atau merendahkan orang lain dalam diskusi.
4. Suka Menyebarkan Informasi Palsu
Mereka cenderung menyebarkan berita atau informasi yang belum terverifikasi, tanpa memeriksa keabsahan sumbernya. Ini bisa berkontribusi pada penyebaran hoaks di media sosial.
5. Tidak Mau Menerima Kritik
Orang yang kurang bijaksana seringkali tidak mampu menerima masukan atau kritik konstruktif. Mereka lebih suka mempertahankan pendapatnya meskipun ada bukti yang bertentangan.
6. Berdiskusi Tanpa Empati
Ciri lainnya adalah kurangnya empati dalam berkomunikasi. Mereka seringkali tidak memahami atau menghargai sudut pandang orang lain, dan lebih fokus pada kemenangan argumen daripada pemahaman bersama.
7. Menyalahkan Tanpa Alasan
Dalam diskusi, mereka cenderung menyalahkan pihak lain tanpa memberikan bukti atau alasan yang jelas, sering kali untuk mengalihkan perhatian dari argumen yang valid.
Menghadapi kebodohan di media sosial bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan memahami ajaran dari kitab al-Adzkar an-Nawawi dan referensi dari Al-Qur’an serta hadis, kita dapat mengembangkan sikap yang lebih baik. Alih-alih terjebak dalam pertikaian yang tidak produktif, kita sebaiknya menjauh dari provokasi, menjaga sikap sabar, dan terus berfokus pada kebaikan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya melindungi diri kita sendiri dari pengaruh negatif, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang lebih positif di dunia maya. Di tengah banyaknya komentar sembrono, mari kita jadikan diri kita sebagai teladan yang membawa kebaikan dan kebijaksanaan.
(AN)