Dewasa ini, ilmu kimia merupakan bidang yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Semua makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia pasti memiliki unsur kimia.
Kosmetik, parfum, sabun, pasta gigi, sabun cuci, dan berbagai barang yang sering kita jumpai sehari-hari tidak akan dapat kita rasakan tanpa adanya terobosan-terobosan baru dari ilmuwan-ilmuwan kimia—kimiawan.
Islam sudah menganjurkan pemeluk-pemeluknya—bahkan mewajibkan untuk menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW juga merupakan sebuah perintah untuk menuntut ilmu.
Pada masa keemasan Islam dahulu, banyak sekali ilmuwan-ilmuwan yang tidak hanya ahli pada satu bidang keilmuan. Ar-Razi, selain ahli di bidang matematika dan kedokteraan, ia juga ahli di bidang sastra, mantiq, dan filsafat. Ibnu Sina, selain kedokteran, ia juga ahli pada bidang sastra, politik, musik, dan psikologi. Dan, Jabir bin Hayyan yang merupakan ahli filsafat serta bapak kimia modern.
Barat lebih senang menyebut namannya Geber. Nama lengkapnya Abu Musa al-Asadi at-Tusi, lebih akrab dengan panggilan Jabir bin Hayyan. Ia dilahirkan di Tus, Khurasan (Iran) pada tahun 722.
Nama Geber, pertama kali disebutkan oleh Richard Russel—orang yang menerjemahkan salah satu kitab karangan Jabir bin Hayyan pada tahun 1678 M. Richard juga yang memberikan pujian kepada Jabir dengan menyebutnya juga sebagai ahli falsafah.
Kecakapan Geber di dunia kimia dipengaruhi oleh kemampuan ayahnya yang merupakan seorang ahli obat. Kimia, pada umumnya ditekuni oleh seseorang untuk mengubah logam biasa menjadi emas. Namun, Jabir berbeda.
Jabir mempelajari ilmu kimia dengan sungguh-sungguh untuk menciptakan kehidupan. Hal ini diaplikasikannya dengan selalu melakukan eksperimen-eksperimen. Mulai dari kristalisasi, penyulingan, pemurnian, pencairan, penguapan, dan eksperimen-eksperimen lainnya.
Eksperimen yang paling menarik adalah eksperimen yang ia lakukan pada bidang penyulingan. Jabir bin Hayyan menciptakan sebuah metode distilasi zat kimia dengan membuat alat penyulingan yang terdiri dari dua bejana yang saling berhubungan. Alat penyulingan ini dinamakan alembik. Cara kerja alat ini adalah dengan memanaskan bejana berisi bahan yang akan disuling, uap yang didapatkan akan dialirkan dengan selang menuju bejana yang satunya.
Alat ini merupakan alat penyulingan pertama. Dengan alat ini, banyak sekali jariyah yang dimiliki oleh Jabir bin Hayyan pada semua industri farmasi dan kosmetik. Bahan utama kedua industri tersebut adalah minyak terbang beraroma semerbak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, biasa disebut minyak atsiri. Minyak ini bisa didapatkan dengan cara penyulingan.
Jabir juga membuat alat timbangan yang dapat mengukur berat suatu bahan dengan tingkat kedetailan yang amat tinggi—seperenam gram.
Tak hanya sampai di situ, Jabir juga merupakan manusia yang menemukan asam sulfat, asam hidroklorat, dan asam nitrat yang memiliki kekuatan untuk melarutkan zat logam. Jabir bin Hayyan juga menemukan alkali—senyawa yang dapat menetralkan asam kuat.
Berlandaskan unsur api, tanah, udara, dan air yang berasal dari Yunani kuno, Jabir membagi beberapa zat menjadi tiga unsur, yaitu logam, non-logam, dan senyawa yang dapat disuling. Pembagian ini yang menjadi kerangka pengelompkan pada tabel periodik modern.
Kitab-kitab karangan Jabir bin Hayyan di bidang kimia mencapai ratusan. Di antaranya, al-Hikmah al-Falsafiyah, al-Kimya, as-Sab’in, dan beberapa kitab yang telah diterjemahkan oleh ilmuwan-ilmuwan barat seperti Book of Kingdom, Book of The Balances, Sum of Perfection—buku yang diterjemahkan Richard Russel dan Book of Eastern Mercury. Karya-karya tersebut adalah beberapa buah pikiran Jabir bin Hayyan yang masih dapat ditemukan hingga abad pembaharuan.
Kita harus bangga dengan apa yang telah dicapai oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim terdahulu. Tapi, cukupkah sampai di situ?
Jabir bin Hayyan merupakan salah satu ilmuwan yang pantas untuk dijadikan inspirasi. Kapan akan lahir Jabir bin Hayyan yang baru, yang memiliki kemampuan lebih dari beliau?
Wallahu a’lam.