Pakar Hak Asasi Manusia dari PBB meminta Israel menghentikan upaya penghancuran sebuah desa Palestina di Lembah Jordan bagian utara. Rumah-rumah di desa bernama Humsa al-Bqaia telah dihancurkan dan membuat hampir 100 warganya menderita. Dilaporkan juga setidaknya 93 bangunan bantuan kemanusiaan yang disumbangkan telah disita atau dihancurkan oleh militer Israel tahun ini.
Pelapor khusus PBB itu bernama Balakrishnan Rajagopal dan Michael Lynk. Mereka mengungkapkan bahwa militer Israel terus telah menghancurkan rumah dan sarana lainnya. Pihak militer Israel melakukan perusakan serta bantuan kemanusiaan PBB.
“Hal ini menyebabkan kesulitan besar bagi sekitar 60 penduduk desa, termasuk di antaranya 35 anak-anak,” katanya dalam sebuah laporan yang dikeluarkan pada hari Selasa (2/3/2021) seperti dikutip laman middleeatseye.net
Pihak Israel ternyata membenarkan tindakan tersebut. Mereka beralasan bahwa desa tersebut berada di dalam zona tembak militer Israel. Ini adalah alasan klasik yang selalu digunakan Israel untuk membongkar pedesaan di Palestina.
“Pembenaran oleh Israel ini penyalahgunaan bawah hukum internasional,” kata para ahli.
Rajagopal dan Lynk mengatakan dalam laporan itu, wilayah yang terletak di Area C Tepi Barat yang diduduki. Kini bergantung pada rumah tradisional mereka. Mereka kekuarangan tangki air dan ternak-ternak untuk tempat berlindung juga sulit. Belum lagi urusan ketahanan pangan dan mata pencaharian. Situasinya kian memburuk.
Para ahli PBB menekankan bahwa perusakan dan pemindahan paksa penduduk yang diduduki sebenarnya hanya diperbolehkan jika, menurut hukum internasional, dianggap benar-benar perlu dan dilaukan dalam sebuah operasi militer yang sah.
“Tidak ada permusuhan militer aktif di Tepi Barat yang diduduki, dan itu juga tidak berlangsung selama bertahun-tahun,” ungkap laporan tersebut.
Disebutkan bahwa Negara-negara anggota PBB, terutama dari Eropa, dan berbagai organisasi non-pemerintah telah menyediakan tenda darurat dan bentuk bantuan properti lainnya kepada penduduk desa setelah penghancuran awal oleh militer Israel.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) melaporkan militer Israel menghancurkan setidaknya 227 bangunan milik Palestina di Tepi Barat yang diduduki selama tujuh minggu pertama tahun 2021. Hal ini membuat sedikitnya 367 orang mengungsi, termasuk sekitar 200 anak-anak. Jumlah terakhir menunjukkan, peningkatan penghancuran itu mendekati hampir 185 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada hari Jumat lalu, tujuh negara Eropa – Irlandia, Estonia, Norwegia, Inggris, Prancis, Belgia dan Jerman – menandatangani pernyataan bersama yang mengutuk penghancuran rumah di Humsa al-Bqaia serta bangunan yang disumbangkan Uni Eropa.
“Kami mengulangi seruan kami kepada Israel untuk menghentikan pembongkaran dan penyitaan. Kami selanjutnya menyerukan Israel untuk mengizinkan akses kemanusiaan penuh, berkelanjutan dan tanpa hambatan ke komunitas (yang terdampak),” pinta negara-negara itu.