Islami dan GDN Gelar Bedah Buku John T. Sidel: Tiga Ideologi Bahan Bakar Revolusi di Asia Tenggara

Islami dan GDN Gelar Bedah Buku John T. Sidel: Tiga Ideologi Bahan Bakar Revolusi di Asia Tenggara

Buku Republicanism, Communism, Islam: Cosmopolitan Origins of Revolution in Southeast Asia setebal tidak kurang 450 halaman ini tidak hanya menambah pengetahuan kita tentang sejarah revolusi di Asia Tenggara, tetapi juga memperkaya pemahaman tentang bagaimana ide-ide global dapat mempengaruhi perubahan sosial dan politik di berbagai belahan dunia 

Islami dan GDN Gelar Bedah Buku John T. Sidel: Tiga Ideologi Bahan Bakar Revolusi di Asia Tenggara
Poster Bedah Buku

Selama hampir dua dekade, penulis telah mencurahkan waktu dan tenaga menggarap sebuah buku yang diberi judul Republicanism, Communism, Islam: Cosmopolitan Origins of Revolution in Southeast Asia. Buku ini akhirnya diterbitkan oleh Cornell University Press pada bulan Mei 2021. Saat ini buku tersebut diterbitkan GDN Press, berjudul Republikanisme, Komunisme dan Islam: Asal Usul Kosmopolitan Revolusioner di Asia Tenggara. Islami.co hari ini, Selasa 9 Juli 2024,   jam 15.00 akan memfasilitasi diskusinya di Kafe Outlier, Ciputat.

Bagi yang ingin mendapatkan gambaran tentang isinya, para narasumber; John T. Sidel, Airlangga Pribadi, Ayu Alfiah Jonas dan Dedi Slamet Riyadi (editor) akan mengantarkan diskusi buku tersebut. Bagi yang merasa ingin mengetahui isinya barangkali bisa pesan melalui penerbit langsung, atau sembari santai ikut diskusi sore bersama Muhamad Masrur.

Buku ini mereinterpretasi sejarah modern Asia Tenggara serta revolusi di Filipina, Indonesia, dan Vietnam. Selama ini, sejarah ketiga negara tersebut kerap dipahami dalam kerangka kebangkitan kesadaran nasionalis dan perjuangan membentuk negara-bangsa baru. Namun, buku ini menyusun kembali sejarah tersebut dalam konteks lebih luas, yakni integrasi kawasan Asia Tenggara ke dalam ekonomi dunia, perluasan hubungan dengan berbagai wilayah di dunia, serta kemunculan dan evolusi bentuk-bentuk kesadaran kosmopolitanisme modern, keterhubungan, dan kapasitas berorganisasi di bawah payung ideologi seperti republikanisme, komunisme, dan Islam.

Bab-bab dalam buku ini menguraikan kondisi dan proses yang memungkinkan serta mendorong mobilisasi revolusioner di Filipina, Indonesia, dan Vietnam selama akhir abad ke-19 dan awal hingga pertengahan abad ke-20. Buku ini menunjukkan betapa pentingnya jaringan diskursif dan organisasi lintas benua dan samudra di satu sisi, serta tren ekonomi global dan konflik internasional di sisi lain. Kedua faktor ini sangat berpengaruh dalam menentukan bentuk, lintasan, hasil, dan akibat dari ketiga revolusi besar tersebut di Asia Tenggara.

Secara keseluruhan, buku ini menawarkan kerangka analitis baru memahami sejarah modern Filipina, Indonesia, Vietnam, dan Asia Tenggara secara keseluruhan. Kerangka pendekatan mencakup denasionalisasi, transnasionalisasi, dan internasionalisasi. Dengan pendekatan ini, kita dapat melihat revolusi nasionalis bukan hanya sebagai fenomena domestik, tetapi bagian dari dinamika global lebih luas.

Murid didikan Benedict Anderson ini memberikan perspektif baru mengenai revolusi di Asia Tenggara. Ia berupaya menunjukkan perjuangan kemerdekaan di kawasan ini tidak bisa dipisahkan dari perkembangan global. Revolusi-revolusi tersebut tidak hanya didorong sentimen nasionalisme, tetapi juga oleh ideologi transnasional seperti republikanisme, komunisme, dan Islam yang menghubungkan aktivis dan pemimpin revolusioner di Asia Tenggara dengan gerakan-gerakan serupa di seluruh dunia. Dan Slater dalam publikasinya di ISEAS – Yusof Ishak Institute mengatakan, republikanisme, komunisme dan islam adalah bahan bakar revolusi.

Sidel mengeksplorasi bagaimana jaringan-jaringan ini berperan membentuk pemikiran dan strategi para pemimpin revolusi. Misalnya, bagaimana Soekarno di Indonesia terinspirasi gagasan-gagasan dari Eropa dan Timur Tengah, atau bagaimana Ho Chi Minh di Vietnam mendapatkan dukungan dari gerakan komunis internasional. Di Filipina, revolusi dipengaruhi interaksi dengan sejumlah negara republik Amerika Latin dan ide-ide republikanisme yang berkembang di sana.

Melalui penelitian mendalam dan analisis tajam, penulis mampu menyajikan wawasan baru yang berguna bagi para akademisi, mahasiswa, dan semua yang tertarik pada sejarah Asia Tenggara. Buku ini juga diharapkan dapat menjadi referensi penting dalam studi revolusi dan nasionalisme di kawasan ini, sekaligus menginspirasi penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara perkembangan domestik dan dinamika global.

Dengan demikian, Republicanism, Communism, Islam: Cosmopolitan Origins of Revolution in Southeast Asia setebal tidak kurang 450 halaman ini tidak hanya menambah pengetahuan kita tentang sejarah revolusi di Asia Tenggara, tetapi juga memperkaya pemahaman tentang bagaimana ide-ide global dapat mempengaruhi perubahan sosial dan politik di berbagai belahan dunia