Telah kita ketehui bahwasannya ada delapan bagian atau tingkatan surga. Dalam setiap surga ada tempat khusus bagi penghuninya, yang disesuaikan dengan derajat dan amal ibadahnya masing-masing. Syekh Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili dalam karyanya al-Insan al-Kamil fi Ma’rifat al-Awail wal Awakhir, menjelaskan secara rinci siapa saja yang akan menghuni delapan surga tersebut.
Pandangan Syekh Abdul Karim al-Jili terkait penghuni surga berbeda jauh dengan pandangan ulama pada umumnya, berikut penjelasnnya:
Baca juga: Macam-macam Surga
Pertama, surga as-Salam, menurut Syekh al-Jili, surga as-Salam juga dinamakan surga al-Mujazah, surga ini ditempati oleh orang-orang yang mengerjakan amal saleh. Orang yang tidak mempunyai amal saleh tidak akan dimasukkan kesurga Al-mujazah. Surga ini juga dinamakan al-Yusra, karena orang yang berbuat amal saleh akan dipermudah untuk masuk ke surga ini.
Kedua, surga al-khuldi dan surga al-Makasib. Surga ini ditempati oleh orang yang berprasangka baik kepada Allah. Sedangkan orang yang selalu berprangka buruk kepada Allah tidak akan menghuni surga ini.
Ketiga, surga al-Mawahib. Al-Jilli dalam menjabarkan surga al-Mawahib terkesan sangat kontroversial dan ekstrem. Menurutnya, surga al-Mawahib ini mutlak anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya walaupun tidak beramal dan tidak menjalankan akidah. Jika Allah berkendak, siapapun bisa menghuni surga al-Mawahib ini.
Keempat, surga al-Istihqaq atau surga an-Naim Atau surga al-Fitrah, surga ini dihuni oleh anak kecil yang suci dari dosa, sehingga disebut al–Fitrah,
Kelima, surga al–Firdaus atau surga al–Ma’rif. Surga ini sangat luas dibanding surga yang lain. Syaikh al-Jili menjelaskan bahwa surga ini sangat menarik. Dalam surga ini tidak ada pepohonan, sungai, dan bidadari, namun penghuni surga al-Firdaus bisa melihat surga yang lebih rendah di bawahnya, sehingga ia bisa melihat bidadari, ranjang, dan anak-anak. Surga al–Firdaus juga dihuni oleh para wali Allah yang fana’ dan tak henti-hentinya beribadah kepada Allah.
Keenam, surga al-Fadhilah. Surga ini dihuni oleh orang-orang yang jujur, terpercaya dan dipuji oleh Allah SWT. Penduduk surga ini lebih sedikit dari surga al-Ma’arif, karena surga hanya dihuni oleh ahli laddzati ilahiyyah (orang yang menikmati lezatnya ketuhanan).
Tingkatan surga ketujuh, surga ad-Darajat al-Rafiah. Al-jili melalui kasyafnya (penglihatan spiritual) melihat Nabi Ibrahim berdiri di samping kanan surga ini sembari melihat ke tengah, sedangkan kelompok para Utusan dan para Auliya’ berada di samping kiri sambil melihat ke tengah. Di posisi tengah ada Nabi Muhammad yang melihat ke atap Arsy. Rasul saat itu tengah mengharapkan surga al-Maqom al- Mahmudah yang telah Allah janjikan.
Kedelapan, surga al-Maqom al-Mahmudah. Al-jilli menamai surga ini dengan surga Dzat, tempatnya di atap Arsy, dan tidak ada jalan untuk memasukinya. Setiap penghuni surga lain berharap bisa masuk ke dalam surga ini, namun yang bisa masuk hanya lah Nabi muhammad SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya al-Maqom al-Mahmudah paling tingginya surga penghuninya hanya seorang saja, dan saya berharap menjadi satu orang terpilih itu.”
Kalau kamu, kira-kira dengan amalmu saat ini, kamu berharap mendapatkan surga yang tingkat berapa?
Allahu A’lam Bissawab
(Disarikan dari Kitab Al-Insan Al-Kamil fi Ma’rifat al-Awail wal Awakhir Juz, 2 Hlm. 255-258. Karya Syekh Abdul Karim al-Jili.)