Asiyah, Istri Fir’aun dan Perempuan Penghuni Surga

Asiyah, Istri Fir’aun dan Perempuan Penghuni Surga

Asiyah, Istri Fir’aun dan Perempuan Penghuni Surga

Seorang istri sudah seharusnya dilindungi dan diayomi oleh suami. Pasalnya, perempuan tidak boleh mengalami kekerasan karena perempuan adalah makhluk yang mulia. Sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu, perempuan sudah seharusnya dilindungi dan dijaga karena kemuliaan dan kerapuhan yang ia miliki. Bahkan Rasulullah SAW berwasiat agar para suami selalu berbuat baik kepada istri mereka sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi)

Namun sayangnya, perlakuan baik dari seorang suami kepada istri tidak diterima oleh Asiyah Binti Muzahim. Asiyah adalah istri dari seorang raja zalim yang sangat terkenal yaitu Fir’aun. Raja Fir’aun terkenal sebagai seorang raja yang sangat jahat dan tega berbuat kejam kepada rakyatnya. Bahkan Fir’aun berani mengakui dirinya sebagai Tuhan dan memaksa para pengikutnya untuk menyembah dirinya.

Tak hanya kejam kepada rakyatnya, Fir’aun bahkan berani dan tega bertindak kasar nan kejam terhadap sang istri. Meski suaminya begitu zalim, Asiyah yang memiliki paras sangat cantik adalah sosok perempuan yang sangat sabar, sopan, penyayang dan memegang teguh keimanan dalam dirinya. Di awal pernikahan, Fir’aun memang sangat menyayangi Asiyah dan bertekuk lutut karena kecantikan Asiyah yang luar biasa. Namun ketika Asiyah menjalankan ajaran Musa dan tetap beriman kepada Allah, dengan seketika perlakuan Fir’aun kepada Asiyah pun berubah.

Ternyata Asiyah adalah perempuan mulia yang memiliki keteguhan hati untuk selalu beriman kepada Allah. Asiyah sangat bersabar ketika ia disiksa oleh sang suami saat tetap beriman kepada Allah. Fir’aun bahkan menyiksa Asiyah dengan sangat kejam dan tak berperasaan. Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Fir’aun mengikat istrinya dengan besi sebanyak 4 ikatan, pada kedua tangan dan kedua kakinya. Jika ia telah meninggalkan Asiyah terbelenggu maka para Malikat menaunginya.” (HR. Abu Ya’la)

Dengan sangat luar biasa, siksaan tersebut tidak menggoyahkan keimanan Asiyah terhadap Allah. Bahkan beliau dengan sabar menerima siksaan bertubi-tubi yang diberikan oleh suaminya tersebut. Allah pun tidak menyia-nyiakan pengorbanan Asiyah sebab saat Fir’aun selesai menyiksa Asiyah, Allah dengan segera mendatangkan para malaikat untuk menaungi Asiyah. Saat disiksa, Asiyah pun senantiasa berdoa kepada Allah agar dirinya dibuatkan rumah di surga oleh Allah.

Saat itu Asiyah berdoa, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (Q.S. At-Tahrim : 11)

Allah kemudian mengabulkan doa Asiyah dan Allah memperlihatkan rumah yang dibangun untuk Asiyah di dalam surga. Selain itu, doa yang dipanjatkan oleh Asiyah pun diabadikan oleh Allah dalam salah satu ayat Alquran. Dengan ditampakkannya rumah Asiyah yang sedang dibangun di surga, maka Asiyah pun sangat berbahagia. Asiyah semakin tak peduli dengan siksaan demi siksaan yang diberikan oleh Fir’aun.

Asiyah bahkan tersenyum gembira dalam penyiksaan yang dialaminya. Sehingga Fir’aun pun kebingungan dan terus menyiksa Asiyah dengan tanpa ampun sedikitpun. Hingga akhirnya, Allah mencabut jiwa Asiyah yang senantiasa beriman kepada Allah meski disiksa oleh sang suami. Bahkan Allah menjadikan Asiyah sebagai salah satu pemuka agama di surga seperti disebutkan dalam hadis berikut, “Pemuka perempuan ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah.” (HR. Hakim).

Demikianlah akhir dari penderitaan Asiyah binti Muzahim yang disiksa oleh sang suami, Fir’aun. Allah mencatat Asiyah sebagai perempuan shalihah yang menjadi perempuan ahli surga. Bahkan Allah pun membuatkan sebuah rumah di surga untuk Asiyah yang telah memegang teguh keimanannya.

Wallahu a’lam.