Imam ahmad, Imam al-Nasa’i, Imam Hakim dan Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan sebuah hadis yang bersumber dari sahabat Anas sebagai berikut:
عن أنس رضي الله عنه قال: رايت رسول الله صلى الله عليه وسلم فى سفر صلى سبحة الضحى ثماني ركعات فلما إنصرف قال: إني صليت صلاة رغبة ورهبة سألت ربي ثلاثا فأعطاني اثنتين ومنعني واحدة : سألته ألا يبتلي أمتي بالسنين ففعل, وسألته ألا يظهر عليهم عدوهم ففعل, وسألته ألا يلبسهم شيعا فأبى علي
“Dari sahabat Anas RA. dia berkata: pada suatu perjalanan, saya melihat Rasulallah SAW melakukan shalat sunnah dhuha delapan rakaat. Setelah selesai shalat, Rasulallah lantas berkata: sesungguhnya saya sedang shalat raghbah dan rahbah. Saya memohon kepada tuhanku tiga hal, dia hanya mengabulkan dua permohonanku dan tidak dengan yang satu. Pertama, aku memohon kepada Tuhanku agar umatku tidak ditimpa dengan paceklik, tuhan mengabulkannya. Kedua, aku memohon pada Tuhanku agar ummatku tidak dikalahkan oleh musuhuhnya, Tuhan mengabulkannya. Ketiga, aku memohon kepada Tuhanku agar umatku tidak dijadikannya berkelompok-kelompok, namun tuhan enggan mengabulkan permohonanku.
Terkelompok-kelompoknya ummat Islam adalah bagian dari sunnatullah yang harus diterima dengan lapang dada. Maka dari itu, kesadaran setiap individu dalam eksistensinya sebagai makhluk Tuhan yang plural adalah hal terpenting yang harus disadari jauh-jauh hari.
Sebab tanpa adanya kesadaran dan keluwesan untuk menerima keragaman dan perbdedaan, mustahil kehidupan yang harmonis dan solid bisa terbangun.
Penciptaan manusia di muka bumi ini adalah bagian dari manifestasi Allah yang absolut dan setiap manusia wajib mengembangkan nilai-nilainya. Salah satu nilai-nilai Allah di atas bumi ini adalah gagasan para makhluk yang plural.
Allah menciptakan manusia dengan beragam etnis, agama, aliran, ras dan lainnya sebagai bagian dari manifestasi wujud Allah yang maha indah agar tercipta kehidupan yang kreatif, inovatif dan kompetitif. Semua penciptaannya memiliki nilai yang indah yang bisa diresap oleh orang-orang yang menyadari keniscayaan perbedaan, karena keragaman adalah keniscayaan.
Dalam hal akidah, keimanan manusia satu dan manusia lainnya sering mempunyai pandangan yang berbeda. Seorang teolog muslim terkenal bernama al-Syahrastani (w: 548) dalam kitab al-Milal wa al-Nihal menyebutkan manusia terbagi-bagi kedalam beberapa kelompok. Di antara kelompok-kelompok ummat Islam yang besar adalah Qodariyyah, Shafaiyyah, Khawarij dan Syiah.
Pada masa-masa awal Islam yang kita ketahui muncul setelah itu beberapa aliran lain seperti muktazilah, Ahlussunnah dan bahkan Ahmadiyyah. Semua peristiwa ini adalah baian daripada sunnatullah yang tetap harus disadari. Orientasi semua aliran ini adalah Allah namun memiliki caranya tersendiri. Masing-masing dari kita harus tetap menghargai pendapat-pendapat orang lain. Jangan sering mencap kelompok lain sebagi aliran yang sesat, menyimpang dan lainnya karena semua itu adalah urusan Allah semata.
Keengganan Allah untuk menjadikan manusia dalam satu wadah atau satu aliran adalah rahasianya yang mengandung hikmah yang besar bagi ummat.
Wallahu a’lam bissawab….