Nabi Ibrahim merupakan sesosok pemimpin yang dijadikan panutan dalam ibadah dan menjadi figur yang diperebutkan oleh penganut tiga agama besar yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam sehingga ia dijuluki bapak dari para Nabi.
Ibadah haji dan kurban tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim dan puteranya yang bernama Nabi Ismail, terutama saat membangun Ka’bah. Nabi Ibrahim mendapatkan kedudukan yang mulia dihadapan Allah dikarenakan kepatuhan dan ketaatan yang tinggi atas perintah yang diberikan kepadanya sehingga ia dijadikan figur seorang pemimpin dan doanya dikabulkan oleh Allah.
Salah satu doa atau permintaan Nabi Ibrahim adalah agar keturunannya dijadikan seorang pemimpin seperti dirinya. Allah tak mengkabulkan permintaannya semua, namun menekankan kriteria keturunannya yang berbuat kedzaliman maka tak pantas dijadikan seorang pemimpin. Hal ini sesuai keterangan dalam Surat Al-Baqarah: 124 yang berbunyi:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah: 124).
Imam Ar-Razi dalam Tafsir-nya menjelaskan bahwa Allah mengkabulkan permintaan Nabi Ibrahim yang meminta agar keturunan dijadikan seorang pemimpin terutama menjadi Nabi dan Rasul seperti Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Ya’kub, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Ayyub, Nabi Yunus, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi Isa dan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad Saw. Mereka merupakan Nabi-nabi pilihan yang memiliki banyak pengikut. Namun keturunan yang melebihi batas atau berbuat kedzaliman maka tak akan mendapatkan kedudukan yang tinggi karena sifat ini sangat dibenci oleh Allah.
Hal ini diperkuat pendapat Imam Ibnu Katsir yang mengutip pendapat imam Mujahid
أما من كان منهم صالحا فأجعله إماما يقتدى به، وأما من كان ظالما فلا ولا نعمة عين
“Adapun keturunan Nabi Ibrahim yang shaleh akan dijadikan imam atau seorang pemimpin. Sedangkan yang dzalim tak akan menjadi seorang pemimpin (Nabi).”
Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa doa para Nabi dikabulkan oleh Allah. Dan orang yang berbuat kedzaliman maka tak akan dijadikan seorang pemimpin. Maka dari itu, pelajaran berharga dari penjelasan di atas adalah bahwa Allah maha adil menjadikan keturunan manusia ada yang baik dan ada yang kurang baik prilakunya. Ini berlaku kepada keturunan Nabi sekalipun. Ayat di atas mengajarkan kepada kita agar menjauhi bersikap berlebihan sampai melewati batas yang diperbolehkan oleh agama.