Tafsir Faidlur Rahman adalah kitab tafsir berbahasa Jawa pertama karya KH. Sholeh Darat yang muncul di Nusantara. Berjudul lengkap Faidlur Rahman fi Tarjamati Tafsir Kalam al-Malik ad-Dayyan, konon, penulisan tafsir ini dilatarbelakangi oleh keresahan beliau terhadap umat Islam di Jawa yang masih awam perihal Al-Qur’an, terlebih dalam bahasa Arab.
Sebagaimana tertuang dalam kata pengantarnya (mukaddimah): “ing hal ningali ingsun ngalebi wong ajam ora podo angen-angen ing maknane Al-Qur’an kerono ora ngerti carane lan ora ngerti maknane lan kerono Al-Qur’an temurune kelawan boso Arab, maka ono mengkunu dadi ingsun gawe terjemahe maknane Al-Qur’an”
“jika saya melihat kebanyakan orang awam tidak memperhatikan makna Al-Qur’an karena tidak tahu cara dan tidak tau maknanya. Hal tersebut disebabkan karena Al-Qur’an turun dengan menggunakan bahasa Arab, karenanya saya ingin membuat terjemahan Al-Qur’an”
Bahkan, dalam Islam terdapat perintah untuk memahami Al-Qur’an beserta maknanya, sebagaimana tertuang juga dalam mukaddimahnya:
“Ana toh ora podo angen-angen para manungsa kabeh ing maknane Al-Qur’an, kang wus nurunake ingsun ing Qur’an. Supaya pada angen-angenna para manungsa ing ayate Qur’an mangka arah mengkana mangka dadi neja ingsun gawe tarjamahe maknane Qur’an“.
“Hampir keseluruhan manusia tidak memperhatikan makna Al-Qur’an yang sudah diturunkan. Oleh karenanya, agar mereka memperhatikan maknanya maka saya sengaja membuat terjemah Al-Qur’an”
Pendapat lain menyatakan bahwa penulisan tafsir Faidlur Rahman dilatarbelakangi oleh sebuah permintaan R.A. Kartini ketika KH. Sholeh Darat mengisi pengajian di rumah Bupati Demak (paman R.A. Kartini).
Dalam pengajiannya, KH. Sholeh Darat mengajarkan tafsir surat al-Fatihah dengan menggunakan bahasa Jawa sehingga dapat diterima oleh orang Jawa, termasuk R.A. Kartini. Kemudian, R.A. Kartini sering mengikuti beberapa pengajiannya KH. Sholeh Darat, sehingga dalam suatu forum pengajian, R.A. Kartini memohon kepada KH. Sholeh Darat untuk bersedia menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jawa agar mudah dimengerti kalangan awam. Konon kitab tersebut diberikan oleh KH. Sholeh Darat kepada R.A. Kartini sebagai kado pernikahannya dengan seorang bupati Rembang bernama RM. Joyodiningrat.
Berangkat dari hal tersebut, kemudian lahirlah sebuah kitab yang bernama tafsir Faidlur Rahman fi Tarjamati Tafsir Kalam al-Malik ad-Dayyan.
Dari segi jumlahnya, Tafsir Faidlur Rahman terdiri dari dua jilid besar, jilid pertama berjumlah 577 halaman, dimulai dari surat al-Fatihah sampai al-Baqarah, selesai ditulis pada 7 Muharram 1311 H. Kemudian di cetak oleh percetakan Haji Muhammad Amin di Singapura pada tanggal 27 Rabiul Akhir 1311 H. Sedangkan jilid kedua berjumlah 705 halaman, dimulai dari surat Ali ‘Imran sampai an-Nisa’, selesai ditulis pada 17 Safar 1312 H. Kemudian dicetak oleh percetakaan yang sama pada tahun 1312 H. Jadi, dapat dikatakan bahwa tafsir Faidlur Rahman adalah karya KH. Sholeh Darat yang belum selesai ditulis.
Perihal penulisannya, KH. Sholeh Darat memulai tafsirnya dengan sebuah pendahuluan, yang terkandung juga di dalamnya latar belakang penulisan, sumber-sumber rujukan, corak tafsir dan penamaan tafsirnya. Beliau menjelaskan perihal nama surat, jumlah ayatnya, asbab an-nuzul (jika ada), makkiyah atau madaniyah, kedudukan surat menurut ulama, dan perbedaan qira’at, sebelum menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Selain itu, beliau juga merujuk dari al-Qur’an, hadis, dan ulama-ulama tafsir.
Lebih lanjut, salah satu karakteristik dari Tafsir Faidlur Rahman adalah penulisan tafsirnya dengan menggunakan bahasa Jawa huruf Pegon. Beliau menulis menggunakan bahasa lokal bukan tanpa alasan, melainkan sebagai sterategi perjuangan yang tak lain untuk melawan kekuasaan dan otoritarianisme rezim kolonial. Di samping itu, tafsir tersebut juga bertujuan untuk memudahkan orang Islam, terlebih orang yang masih Awam dalam hal memahami Al-Qur’an.
KH. Sholeh Darat merupakan salah satu ulama yang sangat berhati-hati dalam menafsirkan al-Qur’an, sebagaimana tertuang dalam muqadimahnya:
“Lan ora pisan2 gawe terjemah ingsun kelawan ijtihad ingsun dewe, balik nukil saking tafsire para ulama kang mujtahidin kelawan asale tafsire kang dhahir, mangka nuli nukil tafsiri kelawan makna Isyari saking Imam Ghazali, mangka lamun ningali sira ya ikhwan ana ingkang salah satu ora muwafaqah suloyo para ulama as-salaf mangka iku saking salahe paham ingsun, maka lamun bener muwafaqah kaliyan ulama maka iku saking kalame al-A’immah maka sapa ningali maka nuli weroh ana galat maka becek dibenerne.”
“Dan saya tidak pernah menerjemahkan Al-Qur’an dengan ijtihad saya sendiri, melainkan saya mengambil dari tafsir para ulama yang ahli dalam berijtihad dengan tafsir-tafsir yang bersifat Dhahir yang kemudian mengambil makna isyari dari tafsirnya Imam Ghazali, jika tafsirnya bersebrangan dengan ulama salaf, maka hal itu termasuk kesalahpahaman saya. Sedangkan jika sejalan dengan ulama salaf maka hal itu termasuk pendapatnya para ulama. Barangsiapa yang melihat kesalahan maka wajib dibenarkan”
Adapun rujukan tafsir yang digunakan oleh KH. Sholeh Darat yaitu: Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al-Mahhalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Lubab at-Ta‘wil fi Ma’ni at-Tanzil karya Ala’uddin al-Khazin, Tafsir Al-Kabir Mafatihul Ghaib karya Ar-Razi, Tafsir an-Nasafi dan al-Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil karya al-Baidawi, tafsir Jawahir at-Tafsir dan Tafsir Misyakat al-Anwar karya Al-Ghazali.
Pada akhirnya, tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan tafsir Faidlur Rahman. Kurangnya penjelasan mengenai kualitas dari hadis yang dijadikan sebagai bahan keterangan dalam tafsirnya, serta jumlah tafsirnya yang tidak lengkap sampai 30 juz, barangkali menjadi kekurangan dari tafsir tersebut.
Akan tetapi, terlepas dari hal itu, tafsir Faidlur Rahman adalah kitab tafsir berbahasa jawa pertama yang mempunyai pengaruh besar di Nusantara terutama bagi kalangan awam dalam hal memahami makna Al-Qur’an.
Wallahu A’lam