Dalam kitab al-Jami’ as-Shagir yang ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi, sebuah kitab hadis yang disusun dengan mengurutkan huruf alif sampai ya berdasarkan awal hadis, kita temukan ada redaksi hadis yang dimulai dengan huruf ain.
Dalam hadis tersebut Rasulullah SAW bersabda, “Ilmu itu seperti perbendaharaan yang sangat berharga. Kuncinya adalah bertanya. Bertanyalah kalian, mudah-mudahan Allah merahmati kalian; karena dengan bertanya itu, ada empat kategori orang yang diberi pahala. Orang-orang yang bertanya, orang yang mengajar, orang yang mendengarnya dan orang yang menggemari mereka.”
Hadis ini mengungkap salah satu metode Nabi dalam memberikan pengajaran agama kepada para sahabatnya, yakni dengan metode bertanya. Hadis ini juga menegaskan pahala proses mencari pengetahuan yang diawali dengan sebuah pertanyaan-pertanyaan kritis. Dengan kata lain, yang hendak disampaikan oleh Nabi melalui hadis ini ialah bahwa ilmu pengetahuan dapat dieksplor lebih jauh dengan bertanya sebagai sarananya.
Banyak ahli yang sering menyamakan dan membedakan antara filsafat dan sains. Titik kesamaannya terletak pada bahwa kedua-duanya dimulai dengan bertanya, sedangkan perbedaannya ialah bahwa sains dimulai dengan pertanyaan dan diakhiri dengan pertanyaan. Sedangkan filsafat dimulai dengan pertanyaan dan diakhiri dengan pertanyaan yang lebih besar dan kompleks.
Ada sebuah buku yang menjelaskan dengan sangat menarik cara membaca yang baik agar dapat diperoleh pengetahuan dari hasil bacaan. Langkah pertama, lihatlah daftar isi buku itu sehingga kita memperoleh gambaran sekilas tentang isinya. Kedua, mulailah dengan bertanya dengan melihat dan memperhatikan penyajian bab per bab. Hal demikian karena dengan bertanya kita berkonsentrasi pada isi buku itu dan segera tertarik untuk memperoleh jawaban. Ketika, kita membaca buku tersebut dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan. Dan terakhir, melihat kembali catatan yang sudah kita baca.
Orang yang pintar biasanya selalu mempertanyakan sesuatu, dan orang yang bodoh itu selalu menerima. Anak kecil sebetulnya memiliki kecenderungan yang kuat untuk selalu bertanya dan biasanya pertanyaannya sangatlah bebas. Namun ketika sudah besar, kita mulai memikirkan kembali apakah sebuah pertanyaan layak diajukan atau tidak. Kendati demikian, anak kecil tidak berpikiran seperti itu.
Banyak orang tua yang kemudian membentak anaknya hanya gara-gara tidak mampu menjawab atau mungkin karena rungsing mendengarkan pertanyaan-pertanyaan kecil anaknya. Padahal dengan bertanya ilmu pengetahuan dapat dieksplor secara lebih mendalam. Ilmu pengetahuan akan tersingkap di hadapan mereka.
Menariknya, ada peneliti yang mengatakan bahwa jika semangat bertanya seperti anak kecil itu tetap dipertahankan sampai dewasa, maka dapat dipastikan bahwa semua orang akan terlahir menjadi ilmuwan. Kalau kita perhatikan kembali hadis Nabi Muhammad SAW di atas, bertanya merupakan pintu gerbang bagi turunnya rahmat Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW melalui hadis ini dapat dipahami sebagai sosok Nabi yang sangat menghargai usaha-usaha yang dihasilkan dari riset dan penelitian. Melalui hadis ini pula kita dapat memahami bahwa semua orang yang terlibat dalam dunia penelitian akan selalu mendapatkan pahala dari Allah SWT. Bahkan lebih dari itu, orang yang mencintai penelitian akan selalu mendapatkan pahala dan orang yang mendengar dan membaca hasil penelitian juga mendapat pahala. Dengan kata-kata lain, dalam bertanya itu ada sunnah Nabi dan dalam bertanya itu ada rahmat dan pahala dari Allah SWT. Mari kita menyunnahkan diri dengan bertanya.