Kenikmatan dunia akan terasa hampa bila kita tercukupi secara materi namun kekosongan akan ruhani. Ibarat raga tapi ada nyawanya. Sebaliknya orang yang penuh secara ruhani namun kekosongan akan materi ibarat ada nyawa tak beraga.
Kebutuhan akan dua hal itu, baik materi maupun ruhani harus saling tercukupi dan saling melengkapi, tak bisa dipisahkan satu dan yang lainnya.
Setelah tercukupi keduanya, bagaimana caranya agar manusia selalu disayang Allah SWT?
Imam Al-Ghazali dalam kitab Jawahir al-Qur’an menjelaskan bahwa ada dua cara agar manusia dicintai, disayangi oleh Rabbnya:
Pertama, berusaha semaksimal mungkin untuk mentaati-Nya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya seperti shalat, zakat, puasa, haji. Serta mendayagunakan anggota badan dan hati untuk selalu mengingatnya-Nya, karena ada pepatah yang mengatakan: barangsiapa yang mencintai seseorang maka ia akan banyak menyebutnya, atau mengingatnya. Bila kita mengaku cinta kepada Allah maka akan selalu banyak mengingat-Nya sesuai dengan yang telah diajarkan Rasul-Nya.
Kedua, Menjauhkan diri untuk tidak mengikuti hawa nafsu maupun bisikan syaitan yang hendak menyesatkan manusia, dan melalaikan akan tugas kewajibannya sebagai seorang hamba. Selagi manusia mampu menahan nafsunya ia akan mendapat keberuntungan dimanapun ia berada, karena banyak orang yang hancur dikarenakan lisan maupun prilakunya yang tak terkontrol. Kunci mengahadapinya tidak lain adalah menggunakan daya akal sehat untuk mencerna segala permasalahan yang ada serta disesuaikan dengan peraturan yang telah digariskan-Nya.
Ketika dua hal diatas dilakukan manusia ia akan selalu dilindungi, disayangi oleh Allah dan akan mendapatkan keberuntungan di dunia hingga di akhirat.