Islam memberi batasan kepada pemeluknya terkait mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Setiap orang dianjurkan untuk mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhan dan meninggalkan larangan-Nya. Itulah hakikat dari iman dan takwa. Ketika kita percaya pada Tuhan, selanjutnya kepercayaan itu mesti diejawantahkan dalam bentuk tindakan.
Mengerjakan perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-Nya memiliki banyak hikmah dan manfaat. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashahihul ‘Ibad menyebut beberapa keuntungan orang yang meninggalkan sesuatu yang diharamkan Allah SWT, baik dalam bentuk perbuatan ataupun makanan. Beliau menulis:
من ترك الذنوب رق قلبه ومن ترك الحرام وأكل الحلال صفت فكرته
“Siapa yang meninggalkan dosa, hatinya akan menjadi lembut. Siapa yang meninggalkan yang haram dan hanya memakan yang halal, pikirannya akan jernih”
Di antara keuntungan orang yang meninggalkan yang haram adalah hatinya menjadi lembut dan pikirannya menjadi jernih. Hati yang lembut biasanya akan mudah menerima nasihat dan melakukan apa yang diperintahkan di dalam agama. Pikiran yang jernih juga akan menuntut akal manusia untuk selalu berpikir tentang ciptaan dan kebesaran Tuhan.
Sebab itu, usahakan agar kita tidak melakukan perbuatan dosa dalam kehidupan sehari-hari. Memang susah untuk mengupayakan agar kita tidak berdosa, apalagi dosa kecil. Tapi itu harus diusahakan semaksimal mungkin. Begitu pula dengan menjauhi yang diharamkan Tuhan, baik dalam bentuk perbuatan ataupun mengonsumsi makanan. Jauhilah perbuatan yang haram dan hindari mengonsumsi makanan yang sudah diharamkan Allah SWT.