Ini Bahaya Sihir 4.0 dan Cara Menangkalnya

Ini Bahaya Sihir 4.0 dan Cara Menangkalnya

Ini Bahaya Sihir 4.0 dan Cara Menangkalnya

Sihir, dalam literasi keislaman sering diartikan sebagai sebuah upaya pengalihan orientasi seseorang atau benda dari yang tabiat aslinya (sharfu al-syai’ ‘an wajhih al-ashly). Ibnu Qudamah al-Maqdisy mendefinisikan sihir sebagai:

عزائم ورقى وعُقَد يؤثر في القلوب والأبدان، فيُمرض ويقتل، ويفرق بين المرء وزوجه، ويأخذ أحد الزوجين عن صاحبه

“Azimat, mantra, ikatan yang digunakan untuk mempengaruhi hati dan jiwa orang lain, membikinnya sakit sehingga terbunuh, atau memisahkan seseorang dari pasangannya, dan mengambil salah satu dari pasangan suami istri orang lain.”

Syeikh Abu Bakar al-Razi mendefinisikan sihir sebagai:

كل أمر خفي سببه، وتُخِيِلَ على غير حقيقته، ويجري مجرى التمويه والخُدَع

“Segala perkara yang memiliki sebab yang samar (tersembunyi), yang bisa membikin seseorang berkhayal tidak sebagaimana harusnya, menimbulkan halusinasi dan kamuflase.”

Dua definisi di atas memiliki kesamaan bahwa sihir itu pada hakikatnya menyebabkan seseorang digiring untuk berkamuflase terhadap sesuatu yang sifatnya masih belum tentu terjadi atau bahkan yang mustahil terjadi. Instrumen yang digunakan sama, yaitu berasal dari mantera, atau jampi-jampi yang menghasilkan sugesti. Akibat dari sugesti ini, pihak yang dijampi-jampi mengalami perubahan orientasi sehingga berakibat pada tunduknya ia pada sugesti yang diberikan oleh penyihir.

Apa yang disampaikan oleh penulis di atas hanyalah sekedar cuplikan singkat dari beberapa narasi literatur Islami yang lazim ada di sekitar kita. Dan semua itu memang terjadi di zamannya. Bahkan Allah SWT memberikan penekanan, bahwa sihir itu memang ada. Sebagaimana firman-Nya di dalam Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 102:

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ  لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

 

Artinya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 102)

Inti dari sihir adalah sugesti berbuat buruk sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain. Melakukan sihir adalah sama dengan mengikuti seruan setan. Padahal kita selaku anak Adam adalah justru diperintah untuk memeranginya. Alhasil, sihir adalah perbuatan yang dicela oleh syariat bahkan dilaknati.

Kembali pada persoalan, bahwa sihir diawali oleh adanya jampi-jampi yang dibacakan oleh tukang sihir. Ketika Si Tukang sihir merapalnya, maka secara perlahan namun pasti, daya kamuflase itu bangkit pada sasaran, menghijab mata dan akal sehatnya sehingga bekerja menyalahi fungsi seharusnya.

Di era Aflin Tofler, sihir ini dirapal dan diramu dalam bentuk skema informasi lewat media massa yang ditulis secara besar-besaran. Tujuannya mempengaruhi opini masyarakat sehingga sesuai dengan apa yang dimaui oleh penggagasnya. Berbagai celah informasi terhadap fakta, berusaha ditutup melalui kemasan (‘uqad) bahasa yang menghipnotis. Pembaca yang sudah terpengaruh dan hanya berkutat pada laporan informasi tersebut, dia bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya, hanya sekedar menerima tanpa mahu memfungsikan akalnya.

Di dunia revolusi industri 4.0 saat ini, gejala sihir informasi itu dikemas melalui informasi personal yang berasal dari media sosial dan jejaring pribadi. Grup-grup Whatsapp, Facebook, Twitter, Instagram, adalah instrumen yang paling dekat bagi cepatnya persebaran informasi yang tak terverifikasi. Ikatan pertemanan menjadi modal dasar bagi leluasanya banjir jampi-jampi informasi memenuhi beranda dan lini media sosial. Itulah realita sihir 4.0.

Baru-baru ini, muncul kasus MeMiles. Kasus muncul seiring PT Kam and Kam menawarkan sebuah jasa produk periklanan melalui balutan investasi via Top up dengan janji bonus yang tidak masuk akal. Top up sebesar 300 ribu, akan mendapatkan iming-iming bonus berupa ponsel. Top up 7 juta diiming-imingi janji bonus berupa mobil Mitsubishi Pajero. Top up 120 juta, diiming-imingi dengan bonus berupa 10 mobil Pajero. Yang dipergunakan untuk membius para member dari MeMiles, kiranya menyerupai iklan, yaitu memakai brand para artis. Seperti Mulan Jameela, istri dari musisi Ahmad Dhani.

Pengguna yang sadar, bahwa antara Top Up dengan bonus yang tidak menemukan adanya relasi masuk akal itu, sudah pasti dengan cepat dia akan menghindar dan menjauh dari ikut binis semacam. Mengapa? Karena skema bisnis yang digunakan oleh perusahaan itu pasti berupa skema ponzi. Apalagi bisnis yang dipergunakan hanya berbasis jasa pengiklanan yang pendapatannya tidak sebanding dengan Harga Mobil Mitsubishi Pajero. Padahal bonus yang dijanjikan oleh perusahaan adalah menyasar ke individu per individu anggotanya. Jelas suatu relasi yang tidak mungkin dan tidak masuk akal.

Namun inilah, sihir. Untuk aplikasi facebook saja disajikan fitur penyihir, yaitu penghalusan foto sehingga wajah profil pemilik akun bisa tidak sama dengan wajah aslinya. Apalagi di instagram dan beberapa aplikasi lainnya. Teknologi 4.0 berbasis android sekarang juga menyediakan fitur layanan rias wajah, mempercantik, memperhalus. Ahh…. Itu semua ternyata sihir. Tidak sesuai dengan realita. Jangan heran kelak anda akan bertemu dengan pemilik akun nenek-nenek sudah usia 50 tahun ke atas, namun tiba-tiba berubah eengan kedok syariah lagi. Aduh….

Mari sadarkan otak! Kembali ke jati diri sebagai manusia yang dikaruniai akal. Jika ada sesuatu yang tidak masuk akal berkaitan dengan informasi atau investasi, nggak usah dipercayalah! Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah meruqayah sahabat yang terkena sihir dengan Surat An-Nas. Jangan mudah percaya dengan kabar yang beredar dan janji bak bintang di langit, menjanjikan keuntungan. Tetaplah berada pada realitas di Bumi saja! Hal ini, sebagaimana aplikasi dari Surat al-Falaq yang biasa digunakan oleh Baginda Nabi ketika menemui adanya sihir yang dilepaskan oleh emak-emak penyihir kala itu dengan tali yang dimasukkan ke dalam sumur.